Rentang masa
tiga bulan dari catatan pertama, sekilas kisah tentang seorang perempuan
bernama Rhensi yang sudah menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri
dari laki-laki yang mencintainya, terlihat sudah nampak kebahagian di antara
mereka sekalipun sesekali terjadi 'gesekan-gesekan' yang menjadi petanda dari
awal penyatuan perbedaan di antara keduanya dalam membangun mahligai rumah
tangga. Mereka pun berhasil mengatasinya dengan kepala dingin, senyum bahagia
pun sudah mulai mengembang pada bibir merahnya, yang bertanda ia sudah mulai
bisa menyesuaikan diri dengan status barunya.
Hidup itu seperti musik, yang harus di komposisi oleh telinga, perasaan dan instink, bukan oleh "peraturan"
Minggu, 22 September 2013
Selasa, 11 Juni 2013
KETIKA ASA TAK LAGI BERPIHAK
"Sekuat apapun kita
berusaha,
senekat apapun kita beraksi.
Akan tetapi, Tuhan lah yang mengatur
semuanya".
Senin, 27 Mei 2013
HASIL UNAS 2013
Hasil Ujian Nasional (Unas)
tahun 2013 untuk jenjang SMA/SMK/MA telah diumumkan secara serentak pada hari
Jum’at (24/05/2013) kemarin. Dari berbagai berita yang dipublikasikan di
Kompas.com, diperoleh informasi bahwa dalam Ujian Nasional tahun 2013 terdapat
12 (dua belas) siswa yang memperoleh nilai UN murni tertinggi
se-Indonesia dan 10 (sepuluh) sekolah dengan rata-rata nilai murni tertinggi
Unas se-Indonesia.
Label:
Gagasan,
Pendidikan
Minggu, 21 April 2013
PENGEMBOSAN POLITIK EPISODE III?
Oleh: Ainur Rohim
"Saya ini seperti orang teler, setelah
menenggak bir bintang langsung nyender di beringin, kemudian diseruduk
banteng," tutur KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika memberi sambutan
pada acara perayaan Isra Miraj di Markas Golkar, Slipi, Jakarta menjelang Pemilu
1987.
Itulah gaya tokoh yang belum begitu lama duduk di
pucuk pimpinan NU itu, di hadapan sekitar 2.000 undangan, termasuk Ketua Umum
Golkar, Sudharmono dan Sekjennya, Sarwono. Dengan itu ia ingin menyatakan, NU
berada di atas semua golongan.
Itu pernyataan Gus Dur, Ketua Umum PBNU, seperti
dimuat majalah mingguan Tempo edisi 11 April 1987. Pernyataan itu disampaikan
menjelang Pemilu 1987 dan pasca-NU secara legal-formal menyatakan kembali ke
Khittah 1926 sesuai keputusan muktamar NU ke-27 di Pondok Salafiyah Syafi'iyah
Asembagus Situbondo, Jatim pada 1984. NU menjaga jarak yang sama dengan ketiga
kekuatan sosial yang ada (PPP, Golkar, dan PDI). NU ada di mana-mana dan NU tak
ke mana-mana.
Label:
Essay
Sabtu, 30 Maret 2013
CATATAN BUAT BAPAK TERCINTA
Teringat pepetah
bahwa "penyesalan akan terlihat dibelakang hari bukan di depan".
Sepenggal kata itu mengingatkanku akan sosok tauladan yang telah bersusah payah
mendidik dan membimbingku dari usia bayi sampai saat ini. Dari masa dimana aku
belum mengerti tentang sesuatu sampai aku benar-benar sedikit memahami tentang
makna perjuangan dan usaha hebat darinya.
Pelajaran berharga
tanpa harus didasari dengan metode formal seperti saat sekolah. Memberikan
gambaran yang jelas tentang keuletan usaha dan pengorbanan tanpa pamrih yang
selalu ia tunjukkan. Tak perduli terik, hujan dan angin. Ia senantiasa berjuang
demi melaksanakan tugasnya sebagai seorang kepala rumah tangga dan mencerminkan
bahwa dirinya benar-benar bertanggungjawab akan keluarganya.
Label:
renungan
Sabtu, 23 Februari 2013
HAKIKAT MANUSIA
Pengetahuan tentang hakikat dan kedudukan manusia merupakan
bagian amat esensial, karena dengan pengetahuan tersebut dapat diketahui
tentang hakikat manusia, kedudukan dan peranannya di alam semesta ini. Pengetahuan
ini sangat penting karena dalam proses pendidikan manusia bukan saja objek
tetapi juga subjek, sehingga pendekatan yang harus dilakukan dan aspek yang
diperlukan dapat direncanakan secara matang.
Para ahli dalam berbagai bidang memberikan
penafsiran tentang hakikat manusia. Sastraprateja, misalnya. Ia mengatakan
bahwa manusia adalah mahluk yang historis. Hakikat manusia sendiri adalah
sejarah, suatu peristiwa yang bukan semata-mata datum. Hakikat manusia hanya
dapat dilihat dalam perjalanan sejarah dalam sejarah bangsa manusia. Apa yang
kita peroleh dari pengamatan kita atas pengalaman manusia adalah suatu
rangkaian anthropological constants yaitu dorongan-dorongan atau
orientasi yang tetap dimiliki manusia.
Label:
Essay,
Pendidikan
Senin, 18 Februari 2013
ABRAHAM LINCOLN dan Kegagalan Hidupnya
yang
dipenuhi kegagalannya:
1816
: keluarganya diusir dari rumahnya dan ia harus bekerja
1818;
ibunya meninggal dunia
1831;
bisnisnya gagal total
1832;
kalah dalam dewan perwakilan. Ia kehilangan pekerjaan. Mencoba masuk sekolah hukum
tapi ditolak
1833;
meminjam uang untuk memulai bisnis dan bangkrut pada tahun yang sama. Ia harus
melunasi hutangnya dalam selama 17 tahun
1834;
menang dalam dewan perwakilan
1835;
bertunangan, namun tunangannya meninggal dan ia patah hati
1836;
mengalami nervous breakdown dan harus berbaring ditempat tidur selama 6
bulan
1838;
ingin menjadi speaker of state legislature, tapi gagal
1840;
ingin menjadi elector, tapi gagal
1843;
ingin menjadi anggota kongres tapi gagal
1846;
akhirnya berhasil menjadi anggota kongres
1848;
gagal terpilih kembali sebagai anggota kongres
1849;
melamar pekerjaan sebagai land officer, tapi di tolak
1854;
ingin menjadi senat, tapi gagal
1856;
mencalonkan diri sebagai wakil presiden, hanya mendapat kurang dari 100 suara
1858;
kembali mencoba ,mejadi anggota senat tapi kalah
1860;
menjadi PRESIDEN AMERIKA
Satu
kunci keberhasilannya, yaitu ia tidak melihat kegagalannya sebagai satu kejatuhan dan akhir segalanya. Ia
berkata “jalan hidup yang saya lalui memang licin dan saya sering
tergelincir. Tapi saya bangkit lagi dan berkata kepada diri saya sendiri. Saya hanya
tergelincir bukan jatuh. Sehingga tidak ada alas an bagi saya untuk tidak
bangkit lagi”.
Label:
Tokoh
Sabtu, 16 Februari 2013
SPESIFIKASI BAHASAN AWAL ILMU PENDIDIKAN ISLAM
A. Dasar Ilmu Pendidikan Islam
1. Dalam nomenklatur Islamic
studies, sebagai pandangan baru. |akhir abad ke-20| kaum muslim memikirkan
perlunya meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan Islam dalam berbagai
aspek.
2. Awal tahun 2000-an, penelitian pada ilmu pendidikan Islam
dilakukan dengan pendekatan yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadits, Sejarah,
Filsafat, Psikologi, dan pengembangan masyarakat modern.
3. Kerancuan dasar dan konsep yang mengarahkan pada pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pendidikan Islam, antara education (menuju ilmu yang
bersifat terbuka, luas, dan menuntut redefinisi secara terus menerus) dan
paedagogie (menuju ilmu yang bersifat terbatas, konsentris, dan menuntut
pendalaman, serta secara terus menerus).
4. Mutu pendidikan Islam yang jauh tertinggal dari ilmu pendidikan
umum. Hal ini disebabkan lembaga-lembaga pendidikan Islam masih belum terencana
dan terkonsep.
5. Mayoritas penduduk Indonesia Muslim. Lembaga pendidikan Islam
secara otomatis mendominasi, baik pesantren, madrasah, dll. Sehingga bisa
diasumsikan jumlah lembaga lebih banyak dan tidak terkontrol.
Label:
Catatan,
Pendidikan
Jumat, 15 Februari 2013
CATATAN USANG BUAT RHENSI
Sejujurnya, saya tidak terlalu biasa menulis
tentang perempuan secara vulgar, apalagi menyangkut dunia perasaan yang
menyayat, ritme tangis yang menusuk, nestapa keputusasaan yang
menyentak-nyentak naluri maupun menunggu sesuatu dalam ketidak pastian. Saya
tidak terbiasa, karena dalam nalar kelelakian yang sejati, kita sering
dihadapkan pada kondisi psikologi perempuan yang kadang memang paradoks. Dan
ketika paradoksalitas itu kian kentara, yang muncul dihadapan kita hanyalah
anomali-anomali dan term-term lain yang menjebak pada labirin. Ya,
paradoksalitas ini saya temukan pada diri seorang Rhensi.
Label:
Catatan
Selasa, 12 Februari 2013
KERANGKA DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Terdapat sejumlah pemikiran yang mendasari adanya ilmu pendidikan
islam. Sejumlah pemikiran yang dimaksud antara lain:
Pertama, dalam momenklatur Islamic studies, ilmu pendidikan
Islam tergolong sebagai pendatang baru (new comer). Ilmu ini baru
muncul diakhir abad ke-20, yaitu pada saat umat Islam memulai memikirkan
tentang perlunya meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan Islam dengan
berbagai aspeknya, dalam rangka mengimbangi kamajuan pendidikan yang berada di
luar Islam. Ilmu pendidikan Islam, sebagai tawaran alternatif, muncul dalam
waktu yang masih relatif pendek. Munculnya terminologi al-tarbiyah.
Al-ta’dib dan al-ta’lim yang menunjuk pada arti
pendidikan Islam sebagai suatu sistem misalnya, baru terjadi pada awal abad
ke-20. Munculnya termonologi ini sejalan dengan munculnya gerakan-gerakan
pembaharuan Islam di negeri-negeri Arab.
Label:
Opini
Senin, 11 Februari 2013
EMANSIPASI DALAM ISLAM
“kalau dibarat kedudukan PRIA dan WANITA memang sejajar,
tapi tidak di dalam ajaran islam,
PRIA dan WANITA kedudukannya lebih tinggi PRIA.
sedangkan WANITA diciptakan dengan segala kemampuan
dan kekurangannya menurut fitrahnya” aya @PPT
Prolog
Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin menghapus
seluruh bentuk kedhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajat
wanita sebagai manusia mulia. Ukuran kemulian dan ketinggian martabat manusia
di sisi Allah adalah ketakwaan, seperti termaktub dalam QS. Al Hujurat: 13:
“…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.”
Kemudian Allah juga menegaskan dalam QS. An-Nahl: 97;
“Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik pria maupun
wanita dalam keadaan beriman. Maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Label:
Gagasan
Minggu, 10 Februari 2013
KILAS ARAH TUJUAN PENDIDIKAN PESANTREN
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk tafaqquh
fi al-din (memahami agama) dan membentuk moralitas umat melalui
pendidikan. Sampai sekarang, pesantren pada umumnya bertujuan untuk belajar
agama dan mencetak pribadi Muslim yang kaffah yang
melaksanakan ajaran Islam secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan tafaqquh fi al-din dan mencetak
kepribadian Muslim yang kaffah dalam melaksanakan ajaran Islam
didasarkan pada tuntunan al-Qur’an dan sunnah Nabi saw. dimana Nabi merupakan top
model dan guru imajener (meminjam istilah Abdurrahman Mas’ud) bagi
pesantren. Tujuan ini adalah tujuan pokok dalam setiap pesantren yang merupakan
lembaga pendidikan Islam tradisional yang teguh menjaga tradisi ulama salaf
al-salih dan para wali yang diyakini bersumber dari Rasulullah Saw.
Dengan ini, maka Islam akan bertahan dan berkembang dalam masyarakat, khususnya
di Indonesia. Adapun mengenai tujuan khusus, masing-masing pesantren juga
mempunyai tujuan khusus tergantung dengan pengasuhnya. Misalnya tujuan mencetak
para huffadz (penghafal al-Qur’an), mencetak fuqaha’ (ahli
fiqhih), mencetak para ahli bahasa Arab, dan yang lainnya.
Label:
Opini
Rabu, 06 Februari 2013
PESANTREN KILAT
Istilah
pesantren kilat sudah sedikit banyak oleh orang Islam di Indonesia. Itu adalah
nama lembaga pendidikan Islam yang paling tua di Indonesia. Pada lembaga
pesantren biasanya ada kiai, santri, kegiatan membaca kitab kuning, pondokan
santri, dan mushalla atau masjid. Itulah kira-kira “syarat” untuk disebut
pesantren.
Apakah
gerangan pesantren kilat itu? Pesantren
kilat merupakan dilaksanakan bila musim liburan sekolah. Disana para anak-anak
mondok dan belajar agama. Biasanya menjelang libur sekolah banyak
lembaga-lembaga pesantren yang mengedarkan pengumuman, kadang lewat surat
kabar, bahwa akan dibuka pesantren kilat yang umumnya diadakan di masjid atau
mushalla. Lamanya berkisar 7 sampai 30 hari. Disana diajarkan membaca al-Qur’an,
keimanan Islam, fikih (ibadah), dan akhlak. Pokoknya materi-materi pelajaran
yang sering disebut bahan pengajaran agama.
Label:
Gagasan
Senin, 04 Februari 2013
PRINSIP DASAR PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH
Ibnu
Taimiyah berafiliasi kepada madzhab Imam Ahmad Ibnu Hambal. Dan ia merupakan
pengikut yang faqih dari madzhab ini. Kemudian ia berijtihad sendiri
sehingga mencapai tingkatan seorang mujtahid. Ibnu Taimiyah mengikuti
metodologi Ahmad Ibnu Hambal , yang karenanya prinsip dan metodologi Ibnu
Taimiyah tetap berkisar pada madzhab tersebut. Dalam hal ini ia adalah pelanjut
metodologi literalis Ahmad Ibnu Hambal dan Daud al-Zhahiri.
Label:
Tokoh
Selasa, 29 Januari 2013
IBNU TAIMIYAH: Sang Reformis Islam
Islam
merupakan agama yang dianut oleh manusia dari berbagai latar belakang etnis,
sosial dan budaya yang berbeda-beda. Sebagai agama dengan klaim universal dan
berhasil menjamah berbagai wilayah pusat-pusat kebudayaan kuno, ia telah
menyerap berbagai warisan intelektual, nilai-nilai, literatur, dan berbagai
tradisi yang dijumpainya. Dan hal ini telah terjadi tidak lama setelah satu
abad Nabi Muhammad saw. wafat.
Islam
telah berdialog dengan manusia dari berbagai latar belakang; ia dipahami,
ditafsirkan dan diaktualisasikan sesuai dengan latar belakang tersebut. Ia
menjadi agama yang terbuka untuk dipahami setiap orang. Al-Qur’an sebagai induk
dari ajaran Islam telah dibaca, dipahami, dan ditafsirkan di bawah cahaya
perbedaan ini, mulai dari interpretasi bahasa, interpretasi hukum, interpretasi
filosofis hingga interpretasi sufistik. Bahkan al-Qur’an pun menjadi inspirasi
bagi pengembangan sains dan teknologi di saat itu.
Label:
Tokoh
Sabtu, 26 Januari 2013
DAYA TAHAN DAN KONTINUITAS PESANTREN
Dunia
pesantren, dengan meminjam istilah kerangka Hossein Nasr, adalah dunia
tradisional Islam, yakni dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi
Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa dan tidak terbatas pada periode
tertentu dalam sejarah Islam, seperti periode kaum salaf, yaitu periode para
sahabat Nabi Muhammad dan tabi’in senior. Anehnya, istilah “salaf” juga
digunakan oleh kalangan pesantren misalnya “pesantren salafiyah”. Walaupun dengan
pengertian yang jauh berbeda, jika tidak bertolak belakang dengan pengertian
umum mengenai salaf seperti baru saja dikemukakan. Istilah salaf bagi kalangan
pesantren mengacu pada pengertian “pesantren tradisional” yang justru sarat
dengan pandangan dunia dan praktik Islam sebagai warisan sejarah, khususnya
dalam bidang syari’ah dan tasawuf. Perbedaan pesantren dalam memahami
pengertian “salaf” merupakan “Sistem Nilai di Pesantren dan Ahl al-Sunnah wa
al-Jama’ah”.
Sabtu, 19 Januari 2013
KEPEMIMPINAN PESANTREN
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
organisasi, baik buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada
faktor pimpinan. Berbagai riset juga telah membuktikan bahwa faktor pemimpin
memegang peranan penting dalam pengembangan organisasi. Faktor pemimpin yang
sangat penting adalah karakter dari orang yang menjadi pimpinan tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh Stephen Covey,[1]
bahwa 90 persen dari semua kegagalan kepemimpinan adalah pada karakter.
Secara definisi, kepemimpinan memiliki berbagai perbedaan pada berbagai
hal, namun demikian yang pasti ada dari definisi kepemimpinan adalah adanya
satu proses dari kepemimpinan untuk memberikan pengaruh secara sosial kepada
orang lain, sehingga orang lain tersebut menjalankan suatu proses sebagaimana
diinginkan oleh pemimpin. Berbagai perbedaan definisi tersebut tentu saja
karena dibangun oleh teori yang berbeda.
Kamis, 17 Januari 2013
KILAS PONDOK PESANTREN
Pondok pesantren[1] merupakan
lembaga pendidikan Islam yang menempatkan sosok kyai sebagai tokoh sentral dan
masjid sebagai pusat lembaganya.[2] Lembaga
ini merupakan institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia dan sekaligus
bagian dari warisan budaya bangsa (indigenous culture).[3] Maka,
bukanlah kebetulan jika pesantren masih dapat bertahan hingga saat ini.
Mereka yang pernah mengenyam pendidikan pesantren kemudian juga
belajar di lembaga pendidikan lainnya baik di dalam maupun di luar negeri pada
umumnya memandang bahwa pesantren tetap memiliki tempat terhormat sebagai
lembaga pendidikan Islam khas Indonesia yang dapat dirunut pertalian keilmuan
dan kurikulumnya dengan pusat-pusat pembelajaran ilmu agama Islam diberbagai
belahan dunia.
Optimisme itu biasanya mendasarkan pada bukti-bukti bahwa
pesantren masih tetap terselenggara sejak ratusan tahun yang lalu, lulusannya
dapat memainkan peranan yang berharga di bidang keilmuan atau kepemimpinan, dan
belum ada lembaga pendidikan yang melahirkan ulama dari generasi ke generasi
dalam kapasitas sebagaimana yang diluluskan oleh pesantren.
Seiring dengan perkembangan zaman, potensi pesantren sebagai
intitusi pendidikan yang mengajarkan agaman dan penekanan moral dipertanyakan.
Muhammad Busyro mengatakan jika dewasa ini pandangan masyarakat umum terhadap pesantren
ada dua macam. Pertama, mereka yang menyangsikan relevansi lembaga
ini untuk menyongsong masa depan. Kedua, mereka yang justru melihat
pesantren sebagai sebuah alternatif model pendidikan masa depan.[4]
Melihat kenyataan ini, pondok pesantren mau tidak mau harus
terbuka dengan dunia luar. Hal ini diulai sejak abad ke-20 dengan penerapan
sistem konvergensi, yakni pemaduan kurikulum pesantren dengan kurikulum
pemerintah. Sedikitnya ada dua cara yang dilakukan pondokpesantren dalam hal
ini; pertama, merevisi kurikulum dengan memasukkan semakin
banyak mata pelajaran umum atau bahkan keterampilan umum; kedua,
membuka kelembagaan dan fasilitas-fasilitas pendidikan bagi kepentingan
pendidikan umum.[5]
Sistem konvergensi ini apabila dikelola dengan manajemen yang baik
akan memberikan peluang dan harapan terhadap pesantren menjadi lembaga yang
mampu berperan melaksanakan pendidikan secara integral antara penanaman akhlak
al-karimah (moral) dan intelektual.
Abudin Nata (2003 : 43) menyebutkan; dewasa ini
pendidikan Islam terus dihadapkan pada berbagai problema yang kian kompleks.
karena itu upaya berbenah diri melalui penataan SDM, peningkatan kompetensi dan
penguatan institusi mutlak harus dilakukan dan semua itu mustahil tanpa
manajemen yang profesional.
Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam
mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen
tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum kompetensi dan profesionalisme guru, pola
hubungan guru dan murid, metodologi pembelajaran sarana prasarana evaluasi
pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini dilakukan tanpa
perencanaan dan konsep yang matang seringkali berjalan apa adanya. alami dan
tradisional akibat mutu pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan yg kurang
membanggakan.
Problematika yang dihadapi pondok pesantren dikarenakan
adanya kendala pada perencanaan pondok pesantren yang kurang optimal.
sehingga dalam pelaksanaan fungsi tugasnya tdak berjalan sebagaimana yang
diharapkan. juga disebabkan minimnya personil yang kompeten
pada bidangnya, dan sumber dana kurang memadai.
Dalam penyusunan perencanaan program kerja hendaknya
diperhitungkan secara terperinci tentang kondisi obyektif pondok pesantren, pemasalahan,
alternatif pemecahan, faktor pendukung dan penghambat program, prioritas
pengembangan program, indikator keberhasilan dan langkah-langkah mencapai
keberhasilan program, pengalokasian dan waktu dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jika perencanaan disusun dengan jelas dan bersifat terbuka serta
rasional maka tujuan dapat mudah dicapai.
[1] Dalam bahasa Indonesia sering nama pondok dan pesantren
dipergunakan juga sebagai sinonim untuk menyebut “pondok pesantren”. Lihat
Mamfret Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta;
P3M, tt), 116. Istilah “pondok” sendiri diambil dari bahasa Arab “funduk” yang
berarti asrama atau hotel, sebab santri dalam belajar dengan cara mukim yang
membutuhkan tempat tinggal sekaligus tempat belajar dalam jangka waktu yang
lama. Lihat Zamahsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang
Pandangan HidupKyai, cet.VI, (Jakarta; LP3ES, 1994), 18
[3] Amal Fathullah Zarkasyi, Pondok Pesantren sebagai
Lembaga Pendidikan dan Dakwah, dalam Adi Sasono, Didin Hafiduddin, AM.
Saefuddin, dkk, Solusi Islam atas Problematika Umat, cet.I,
(Jakarta; Gema Insani Pers, 1998). 101-171
[4] Muhammad Busyro, Problem Pengembangan Tradisi
Pesantren, dalam Abdul Munir Mulkham, Rekonstruksi Pendidikan
dan Pustaka Tradisi Pesantren (Relegiusitas Iptek), (Yogyakarta; Fak
Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga & Pustaka Pelajar, 1998), 186-199
[5] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan
Modernisasi menuju Milenium Baru, (Jakarta; PT. Logos Wacana Ilmu,
1999), 102
Label:
Essay
Senin, 14 Januari 2013
SEJARAH PERADABAN ISLAM II (Resume)
A. PENDAHULUAN
Peradaban Islam adalah
terjemahan dari kata Arab al-Hadhārah al-Islāmiyah. Kata Arab ini
sering juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan Kebudayaan Islam.
Kebudayaan Islam dalam dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqāfah. Di
Indonesia sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang
mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab, al-Tsaqāfah; Inggris, culture)
dan beradaban (Arab, al-Hadhārah; Inggris, civilization).
Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan,
kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat. Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis
lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan
dlam seni, sastra, religi (agama), dan moral, maka peradaban terefleksi dalam
politik, ekonomi dan teknologi.
Pembahasan sejarah
perkembangan peradaban Islam yang sangat panjang dan luas itu tidak bias
dilepaskan dari pembahasan sejarah perkembangan politiknya. Bukan saja karena
persoalan-persoalan politik sangat menentukan perkembangan aspek-aspek
peradaban tertentu seperti yang terlihat di buku karya Dr. Badri Yatim, M.A.,
tapi terutama karena sistem politik dan pemerintahan itu sendiri merupakan
salah satu aspek penting dari peradaban, sebagaimana disebutkan di atas, karena
itulah uraian dalam sejarah politik Islam sangat dominan seperti sistem
pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan dan seni bangunan.
Potret Pesantren dalam Lintas Sejarah
Dalam sejarahnya, tidak bisa dipungkiri, bahwa pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang sudah “mendarah daging” di Indonesia. Sejarah pendidikan di Indonesia mencatat, bahwa
pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Bahkan
Nurcholis Madjid berpendapat bahwa pesantren tidak hanya identik dengan makna
keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia,
sebab keberadaannya mulai dikenal di bumi Nusantara pada periode abad ke 13–17
M, dan di Jawa pada abad ke 15–16 M. Pendapat ini seolah mendapat justifikasi dengan tidak ditemukannya lembaga
pesantren di negara-negara Islam lainnya.[1]
Terlepas dari berbagai perbedaan asal usul pesantren, sejak didirikan
pertama kali oleh Syech Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1399 M,[2] kemudian diteruskan oleh Raden Rahmat (Sunan
Ampel) di Kembang Kuning, pesantren mampu terus berkiprah hingga hari ini. Dari
zaman kolonial Belanda, orde lama, orde baru hingga reformasi, pesantren terus
eksis dan mewarnai serta memberikan sumbangsih signifikan terhadap bangsa ini.
Telah begitu banyak tokoh-tokoh kaliber dunia yang muncul dari pesantren, Syech
Nawawi al-Banteni, Syaichona Muhammad Kholil, dan Hadratus Syaich Hasyim
Asy’ari adalah contoh kongkrit kapabilitas alumnus pesantren.
Langganan:
Postingan (Atom)