Kamis, 23 Juli 2009


Jika anak dibesarkan dengan celaan ia belajar memaki,
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi, 
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan ia selalu menyesali diri, 
Jika anak dibesarkan dengan toleransi ia belajar menahan diri, 
Jika anak dibesarkan dengan motivasi ia belajar percaya diri, 
Jika anak dibesarkan dengan dukungan ia belajar menghargai, 
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan ia belajar keadilan,
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman ia belajar menaruh kepercayaan, 
Dan jika anak dibesarkan dalam keluarga yang penuh rasa kasih sayang dan persahabatan ia akan belajar menemukan cinta dalam setiap peristiwa kehidupan........... 

Kelak ajari Anak-anak kalian hal2 yang baik dan Benar

Selamat Hari Anak Nasional

23 Juli 2009

Sejarah Hari Anak Nasional


"Anak adalah amanah yang di amanahkan oleh Tuhan untuk slalu kita bina & didik, karena esok akan dipertanggung jawabkan"

Peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh setiap tanggal 23 Juli ternyata berbeda-beda pada tiap negara. Hari anak yang benar-benar dirayakan oleh seluruh dunia adalah pada tanggal 20 November. Tanggal tersebut diumumkan oleh PBB sebagai hari anak-anak sedunia. Organisasi anak di bawah PBB, yaitu UNICEF untuk pertama kali menyelenggarakan peringatan hari anak sedunia pada bulan Oktober tahun 1953. Tanggal 14 Desember 1954, Majelis Umum PBB lewat sebuah resolusi mengumumkan satu hari tertentu dalam setahun sebagai hari anak se-dunia yaitu pada tanggal 20 November.
Sejak tahun 1954 hingga hari ini, jumlah negara yang menyelenggarakan peringatan hari anak sedunia telah meningkat dari 50 menjadi 150 negara. Melalui peringatan tersebut, masalah dan problem yang dihadapi anak-anak di dunia menjadi bahan perhatian negara-negara, organisasi dan lembaga-lembaga internasional. Melalui peringatan itu juga, berbagai sumber mengajukan laporan data statistik terbaru mengenai keadaan anak-anak, masalah dan kesulitan yang mereka hadapi serta kondisi kesehatan dan kesejahteraan mereka. Sebagian dari data itu menyingkap realita pahit kehidupan jutaan anak di seluruh dunia yang hidup serba berkekurangan yang selalu bergelut dengan krisis makanan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Di antara hak-hak asasi manusia adalah hak untuk memperoleh kebebasan, keadilan dan kedamaian di dunia. Dalam hal ini, anak-anak lebih memerlukan perhatian, dukungan dan keamanan di banding kelompok umur yang lain. Masa depan dunia yang lebih baik memerlukan dukungan kesehatan mental dan keamanan anak-anak. Berkenaan dengan ini, Majelis Umum PBB mengesahkan sebuah piagam yang disebutnya sebagai Konvensi Hak Anak-anak Se-Dunia. Seluruh negara di dunia selain Amerika dan Somalia ikut dalam konvensi tersebut. UNICEF dengan pengesahan piagam tersebut berarti telah mengambil tindakan penyamaan seluruh anak di dunia dengan berbagai ragam ras dan etnisnya. Unicef menegaskan, tanpa diskriminasi apapun, anak-anak di dunia harus diberi perlindungan khusus oleh seluruh negara di dunia. Meskipun pengesahan piagam tersebut, merupakan langkah yang cukup berarti dalam merealisasikan hak anak-anak, akan tetapi para pemimpin dunia masih merasa perlu untuk menandatangani kesepakatan mengenai perbaikan kondisi anak-anak dunia dalam sidang tahun 1991. Namun demikian, sampai awal milineum ketiga ini, kondisi kehidupan anak-anak dunia masih belum menunjukkan perbaikan yang memuaskan.
Sebelum ini, masyarakat dunia telah menjanjikan akan menjadikan dekade pertama awal abad 21, sebagai dasawarsa budaya perdamaian dunia dan menolak kekerasan terhadap anak-anak. Namun, justru pada dasawarsa ini setiap harinya terdengar berita perang dan kekerasan yang memakan korban anak-anak. Perang-perang yang meletus akibat dendam dan permusuhan itu telah merampas rasa aman, penghormatan, kasih sayang dan perhatian dari anak-anak.
Salah satu contoh nyata ialah anak-anak Palestina yang tertindas, yang menyaksikan kehancuran rumah-rumah mereka dan ditawannya saudara-saudara mereka oleh tentara rezim Zionis. Anak-anak ini tidak lagi memiliki kesempatan belajar dan tak sedikit pula yang gugur sebagai syahid setelah ditembus peluru tentera Zionis.
Berdasarkan laporan Organisasi Pembela Korban Kekerasan pada dekade lalu, dalam bentrokan militer yang terjadi di seluruh dunia, sebanyak 30 juta anak menjadi korbannya dengan berbagai cara. Dalam peperangan-peperangan itu, sekitar dua juta anak tewas, lebih dari satu juta anak kehilangan orangtua mereka dan 6 juta anak luka dan cacat. Laporan itu juga menambahkan, sepanjang masa tersebut 12 juta anak kehilangan tempat tinggal sementara 10 juta anak lainnya mengalami gangguan psikologis hebat. Kondisi yang menyedihkan terdapat juga pada anak-anak yang dipenjara di sejumlah negara termasuk Sudan.
Selain dari itu semua setiap tahunnya lebih dari 700 anak menjadi korban penyeludupan manusia. Mereka diperdagangkan layaknya budak. Dalam hal ini PBB melaporkan bahwa permintaan akan tenaga kerja murah begitu banyak, dan kebutuhan akan anak-anak perempuan dan lelaki dalam perniagaan seks semakin meningkat.
Organisasi buruh dunia dalam laporannya juga menyinggung, sebanyak 245 juta anak usia 5 hingga 17 tahun di seluruh dunia menjadi tenaga pekerja. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8 juta 400 ribu anak lelaki dan perempuan menjadi korban aktivitas ilegal seperti perbudakan, penyeludupan manusia, exploitasi seks dan dipaksa terjun ke medan militer. Perlu juga dicatat bahwa sebanyak 2 juta anak dari jumlah tersebut dimanfaatkan untuk keperluan seks dan pornografi.
Selain dari perang dan dampak buruknya bagi anak-anak di seluruh dunia, kemiskinan juga menjadi hal serius yang dihadapi oleh anak-anak. Berlandaskan laporan Unicef, di dunia saat ini terdapat 2,1 milyar anak. Dari jumlah itu setiap satu dari empat anak hidup dalam kemiskinan total. Angka ini pada negara-negara sedang membangun lebih besar dengan perbandingan satu dibanding tiga orang. Dari setiap 12 anak di dunia, seorang anak di bawah usia lima tahun meninggal karena penyakit yang tidak bisa diobati dan 300 juta anak lagi menanggung kelaparan. 130 juta anak tidak memiliki kesempatan belajar di sekolah dasar, di mana 60 persen dari jumlah tersebut adalah anak-anak perempuan. Selain dari ini lebih dari 50 juta anak dan atau 41 persen dari bayi di seluruh dunia tidak mempunyai akta kelahiran. Secara realitas, ia tidak termasuk anggota masyarakat dan tidak bisa mendapat hak seperti anak-anak lain seperti pendidikan dan kesehatan cuma-cuma. Dari sudut ini, ketika menginjak usia dewasa, dia tentu tidak akan mendapat hak-hak sosial. Anak-anak seperti ini yang tidak memiliki surat pengenal dengan mudah menjadi korban penyeludupan anak-anak atau jaringan mafia lainnya.
Inilah realita pahit dan memilukan dari kondisi kehidupan anak-anak di dunia. Untuk melindungi anak-anak yang merupakan generasi mendatang dunia, seluruh negara harus bersama-sama memikul tanggungjawab. Dengan demikian, kesulitan dan problema kehidupan anak-anak akan berhasil ditekan untuk kemudian melangkah ke arah realisasi hak-hak mereka.
Dalam agama Islam, anak-anak memiliki hak-hak khusus. Islam bahkan menggolongkan pendidikan anak yang benar sebagai ibadah. Tidak hanya itu, pandangan kasih sayang juga terhitung sebagai amal kebajikan. Oleh yang demikian, menghormati kedudukan dan kemuliaan anak-anak adalah perlu di setiap situasi dan kondisi.
Hak anak-anak, hak keluarga dan hak manusia, sudah dijelaskan dalam ajaran Islam. Islam telah menjelaskannya lebih lengkap dari apa yang dipaparkan oleh piagam hak Asasi Manusia atau Konvensi Hak Anak Sedunia. Salah satu kelebihan Islam ialah selain menyodorkan undang-undang dan metode, juga menyuguhkan teladan hidup. Nabi Muhammad saaw, berulang kali menekankan perlunya untuk menghormati hak-hak anak dan memperlakukan mereka dengan kasih sayang.
Data yang ada menunjukkan bahwa dalam dekade lalu, janji-janji lebih besar dari realisasi. Negara, organisasi dan lembaga-lembaga internasional serta seluruh pakar masalah anak harus mengambil pelajaran besar dari pengalaman dasawarsa lalu, untuk mengambil langkah bagi merealisasikan hak anak-anak. Karena anak-anak merupakan investasi terbaik bagi sebuah kemajuan dan pembangunan.
Marilah kita hadiahkan secercah harapan dan kegembiraan kepada anak-anak di dunia yang selama bertahun-tahun menjadi korban utama perang. Dunia anak-anak harus menjadi sebuah dunia yang sehat, penuh keriangan dan semangat, bukan dipenuhi dengan pencemaran dan perang atau gangguan dan kekerasan.

Sumber ; http://yunior.ampl.or.id


Selasa, 21 Juli 2009

Ketika Aku Harus Kehilangan



By ; Syamsul Arifin*
Pernahkah, kita mengalami suatu cobaan dan sakit… pastinya semua orang pernah mengalami… Adakah, kita merasa hidup sendiri di dunia ini, disaat kita butuh perhatian, butuh dukungan,butuh kasih sayang, butuh kekuatan, namun itu tidak pernah dirasakan dari orang-orang yang dekat dengan ku.

Mengapa semua nya begitu jauh………….
Sehingga aku harus jauh dari segalanya……….
Terkadang…. Justru orang lain yang tau keadaan kita…

Aku suka menolong, karena aku merasa, tetanggalah saudaraku yang terdekat, sehingga jika aku mengalami cobaan, tetanggalah orang tuaku. Walaupun dihati kecilku, ingin kurasakan kasih sayang dari orang yang aku sayangi, dimana aku bisa mengadu, berkeluh kesah, bermanja, mengapa semuanya begitu jauh….

Hati kecilku berkata… “kutak ingin kehilangan orang yang aku sanyangi.” yang sampai kapanpun akan tetep sayang. Apa yang kumiliki dan Allah berikan, akan selalu kujaga.

“Tak ada satupun hamba-ku yang ikhlas kuambil harta yang kuberikan padanya, kecuali kuganti dengan yang lebih baik. Tidak ada satupun hambaku yang Ridho dengan bala yang kutimpakan padanya,kecuali kunaikkan derajatnya, dan tidak satupun hambaku yang bersyukur kecuali kutambah nikmatku padanya”(hadist qudsi)
* Awal perenengun ketika lagi ...

Senin, 20 Juli 2009

Peristiwa Isra & Mi'raj Nabi Muhammad SAW



By ; Syamsul Arifin

Isra Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 kenabian. Artinya 11 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul. Jika Muhammad menjadi Nabi pada usia 40 tahun, berarti peristiwa Isra' Mi'raj itu terjadi pada saat Muhammad berusia kira-kira 51 tahun. Pada peristiwa Isra Mi'raj dapat dikatakan terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW "diberangkatkan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa dengan menaiki buraq. Buraq adalah kendaraan yang tercepat dan tidak ada yang bisa menandingi kecepatannya. Buraq ini bergerak cepat dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsa dari Mekah sampai Yerussalem dalam waktu beberapa jam saja. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini,ketika Nabi sampai ke langit tertinggi,Allah SWT menyuruh Nabi agar umatnya disuruh shalat 50 kali sehari.Pada saat itu,Nabi Musa datang dan berkata bahwa perintah itu teralu berat dan meminta Nabi meminta kepada Allah SWT agar shalatnya dikurangi. Saat Nabi berhadapan Allah SWT,Nabi meminta shalatnya dikurangi. Maka,Allah pun mengabulkannya sehingga dikurangi menjadi 45 kali sehari. Tetapi, Nabi Musa meminta kepada Nabi agar mengurangi lagi. Maka Nabi kembali ke hadapan Allah.Allah menguranginya,namun Nabi Musa menyatakan kelebihan sehingga terus dikurangi hingga shalat lima waktu yaitu Subuh (2 rakaat), Dzuhur (4 rakaat), Ashar(4 rakaat), Maghrib (3 rakaat) dan Isya (4 rakaat).

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah shalat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa ini membuat Rasulullah sedih karena banyak orang yang tidak percaya dengan hal ini,namun ada sahabat Nabi yang percaya apapun yang dikatakan Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar.Dia mengatakan bahwa yang dikatakan oleh Nabi pasti benar dan Abu Bakar digelari as-Sidiq yang artinya percaya pada setiap perkataan Nabi Muhammad SAW.
semoga kita senantiasa merefleksikan sekaligus mengamalkan segala bentuk perintahNya. Amien Ya Rabb al-Alamien

Minggu, 05 Juli 2009

Skripsi & Plagiarisme



Skripsi merupakan sebuah karya tulis ilmiah bagi mahasiswa program S-1. Wajib atau tidaknya penyusunan skripsi itu tergantung pada kebijakan perguraan tinggi tempat mahasiswa mengikuti Program S1 itu sendiri. Artinya, ada sejumlah perguruan tinggi yang mewajibkan penyusunan skripsi bagi mahasiswa mereka; ada sejumlah perguruan tinggi yang lain menawarkan mata kuliah skripsi itu sebagai mata kuliah pilihan.
Sekedar contoh, tempat penulis menyelesaikan program S1, telah mewajibkan para mahasiswanya untuk menyusun skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program S1-nya, setidak tidaknya bagi mahasiswa mulai angkatan tahun 2007; pada jurusan itu tidak ada jalur non-skripsi, yang ada hanyalah program sarjana strata 1 dengan skripsi sebagai salah satu mata kuliah wajibnya; tidak ada mata kuliah yang dapat digunakan sebagai pengganti skripsi. Artinya, mahasiswa yang gagal menyusun skripsi dan/atau gagal ujian skripsi, maga gagallah yang bersangkutan untuk menjadi seorang sarjana.
Bila lembaga perguruan tinggi menawarkan jalur skripsi dan non-skripsi, maka umumnya sejumlah (besar) mahasiswa memilih jalur non-skripsi, kecuali bagi mereka yang memiliki pertimbangan tertentu yang mendorong mereka menyusun skripsi. Hal ini didasarkan pada perbincangan ala warung kopi dengan sejumlah mahasiswa, yang ketika ditanya mengapa mereka tidak menyusun skripsi, mareka memberikan alasan yang beragam: ada yang ingin segera lulus karena ada pertimbangan tertentu (walaupun sebenarnya yang bersangkutan ingin menyusun skripsi), ada yang menganggap penyusunan skripsi itu di luar kemampuannya, dan ada yang merasa puas dengan predikat sarjana tanpa skripsi. 
Penulis pernah mendapati salah seorang mahasiswa yang telah memprogramkan skripsi dan mengerjakannya selama satu semester, lalu mundur atau membatalkan program skripsinya. Lalu, saya bertanya kepadanya mengapa dia membatalkannya. Dia menjawab bahwa dia sudah tak mampu berpikir lagi. Padahal, menurut pandangan penulis bahwa dia tergolong mahasiswa yang cukup potensial. Hal ini, mungkin, disebabkan oleh adanya jalur lain, yakni: non-skripsi. Sehingga, begitu muncul sejumlah kendala dalam proses penyusunan skripsi itu, dia lalu menyerah. Bila, misalnya, penyusunan skripsi menjadi salah satu persyaratan seorang mahasiswa untuk mencapai derajat sarjana S1, maka mau tidak mau dia harus berusaha untuk memenuhinya. Mahasiswa yang cukup potensial namun tidak menyusun skripsi ini akan kalah sebelum berperang, bila kelak dia berkompetisi untuk posisi tertentu yang mensyaratkan bahwa yang bersangkutan adalah sarjana ber-skripsi. 
Bila seorang mahasiswa berkeinginan untuk menjadi staf pengajar di perguruan tinggi (dosen) atau melanjutkan ke S2 kelak, maka dia akan berupaya untuk menyusun skripsi. Karena, pada umumnya, salah satu syarat untuk menjadi staf pengajar di perguruan tinggi atau melanjutkan ke S2 adalah sarjana yang bersangkutan menyusun skripsi. Dengan demikian, dia menyusun skripsi lantaran dia memiliki target tertentu yang hanya dapat dicapai dengan skripsi. 
Skripsi tampaknya menjadi momok bagi sejumlah mahasiswa. Dengan demikian, menjadikan skripsi sebagai mata kuliah wajib bagi calon sarjana S1 dapat memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari penyusunan skripsi bagi mahasiswa yang menyusunnya. Mahasiswa yang menyusun skripsi tentu dituntut untuk banyak menggali berbagai informasi ilmiah yang mendukung topik yang ingin dikembangkan dalam sebuah karya ilmiah yang bernama skripsi, melalui kegiatan studi kepustakaan dan/atau penelusuran atau pencarian informasi ilmiah via internet. Hal yang demikian memungkinkan mahasiswa untuk memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuan terhadap suatu topik yang kelak dijadikan spesialisasinya. 
Karena skripsi merupakan karya tulis ilmiah, maka ia menuntut penyusunannya untuk memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, antara lain: bahwa (1) subject-matter dinyatakan secara eksplisit, (2) kegiatan penelitian dilakukan secara obyektif, dan (3) hasil disampaikan secara sistematis, dan (4) ilmu pengetahuan itu open to change. Kaidah pertama memungkinkan mahasiswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap suatu topik sebelum dia menyatakan subject-matter yang akan dicobapecahkan melalui kegiatan penelitian; kaidah kedua melatih mahasiswa berlaku obyektif bukan subyektif; dan kaidah ketiga mengarahkan mahasiswa untuk berpikir atau melakukan sesuatu secara sistematis, tidak acak-acakan, serta kaidah keempat mengajarkan bahwa seseorang hendaknya tidak beranggapan suatu temuan selalu benar untuk selamanya bila telah ada temuan baru yang menyatakan bahwa temuan terdahulu tidak atau kurang benar adanya.
Dampak positif penyusunan skripsi lainnya adalah bahwa mahasiswa penyusunnya dapat menjadikan penyusunan skripsi itu sebagai ajang latihan menulis karya ilmiah. Sebagaimana dikatakan di atas, mahasiswa yang hendak menyusun skripsi dituntut untuk mengumpulkan sebanyak mungkin bahan bacaan atau referensi dan kemudian membaca, menelaah, menerapkannya dalam kegiatan-kegiatan penelitian, yang mencakup kegiatan persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pendek kata, penyusunan skripsi harus didasari oleh kemauan dan keterampilan menulis. Mahasiswa yang telah menyusun skripsi sendiri, berarti dia telah mendapatkan keterampilan membaca (kritis), menulis, dan pengalaman menyusun karya ilmiah. Keterampilan dan pengalaman semacam itu akan sangat bemanfaat bila dia melakukan kegiatan ilmiah serupa. Naluri ilmiah sarjana ber-skripsi ini dapat dengan cepat muncul sewaktu-waktu terjadi fenomena tertentu di masyarakat dan tergerak untuk segara menanggapi baik melalui kegiatan penelitian maupun melalui penulisan artikel ilmiah popular.
Dampak negatif dapat saja terjadi bila mahasiswa diwajibkan menyusun skripsi. Diwajibkannya penyusunan skripsi bagi mahasiswa, bahwa mungkin saja akan melakukan hal-hal yang tidak terpuji, yakni: melakukan plagiarisme, akibat dari ketidakmauan, atau kekurangmampuan, atau ketidakmampuan atau sejenisnya. Menurut Mintarsih Adimihardja dalam Jurnal Pelangi Pendidikan, Volume 4 No.2 Tahun 2001, (2001:58), menyatakan bahwa plagiarisme adalah pencurian dan penggunaan gagasan atau tulisan orang lain dan diakui sebagai miliknya sendiri, yang meliputi bukan hanya meminta seseorang untuk menyusunkan skripsinya tetapi juga peminjaman, reproduksi, terjemahan, dan perubahan tulisan orang lain yang diakui sebagai tulisannya sendiri. Sementara itu, Gunawan Wiradi dalam Etika Penulisan Karya Ilmiah (1996:37), menjelaskan bahwa plagiarisme adalah suatu perbuatan mengemukakan kata-kata, frasa, kalimat, pendapat, ungkapan-ungkapan, gagasan (sebagian atau seluruhnya), dari orang lain, tetapi tanpa menyebutkan sumbernya sehingga memberikan kesan sebagai karya sendiri.
Lebih lanjut, Mintarsih Adimihardja menjelaskan bahwa peminjaman gagasan atau pendapat orang lain dapat dianggap sebagai plagiarisme yang bersangkutan mengutip atau mengulang gagasan atau pendapat orang lain itu dalam suatu percakapan tanpa meruruk kepada yang punya gagasan. Reproduksi dikategorikan sebagai plagiarisme; kegiatan ini dilakukan dengan cara mereproduksi atau mereduplikasi karya orang lain dan diakui sebagai tulisan sendiri. Penerjermahan karya penulis asing dan diakui sebagai gagasan si penterjemah dipandang sebagai plagiarisme. Dan, terakhir, tulisan yang merupakan hasil modifikasi (perubahan) dianggap juga sebagai plagiarisme (Jurnal Pelangi Pendidikan, Volume 4 No.2 Tahun 2001, hal.58 – 61). 
Kegiatan tulis-menulis, khususnya tulis-menulis karya ilmiah, termasuk skripsi, ternyata tidak gampang. Sehingga, kalau kondisi tertentu mengharuskan seseorang untuk menulis karya ilmiah, sementara yang bersangkutan ogah-ogahan atau tidak mau capek-capek, mungkin saja dia akan memesan atau meminta bantuan kepada orang pintar untuk menyusunkan karya yang disebut ilmiah itu. Kalau plagiat dikatakan sebagai perbuatan dosa, maka seorang penjual jasa penyusunan skripsi atau karya tulis ilmiah lainnya disebut sebagai apa?

Akhirnya, 
Wallahul Musta’an ila Sabil al-Rahman


Ketika Cinta Dipertanyakan



Catatan buat Njenengan (H2)
Cinta itu bisa disembunyikan, tapi, cinta tidak bisa dibungkam, maka, katakanlah selagi ada kesempatan. atau kau akan kehilangan dan menyesal. Cinta itu menerima apa adanya. mencintai karena adanya perubahan, bukan cinta namanya..melainkan perjanjian. Dalam cinta tidak ada perjanjian, melainkan keikhlasan. Cinta itu penuh maaf dan rela berkorban demi yg tercinta bahagia.
Mencintai karena ingin balasan, bukan cinta namanya..melainkan pamrih. Dalam cinta tidak ada pamrih melainkan ketulusan. Cinta itu penuh keindahan meskipun..hanya dalam khayalan. (ibarat cinta bertepuk sebelah tangan, tetap indah walau Cuma mengkhayal)
Jangan mencari jawaban cinta dengan logika, tapi..tanyalah hati tentang perasaan cinta dan carilah pembenarannya melalui logika. (kalahkan gengsi demi cinta maafkan kesalahannya or menderita tidak bisa hidup dengan yg tercinta)
Jika terus memaksakan keyakinan untuk diterima, Tanya pad diri..apa itu benar cinta..?cinta tidak bermain dengan logika, tapi rasa untuk selalu membuat bahagia, apapun bentuknya. (jangan memenjarakan keyakinan orang yg dicinta, hingga membuat dia tersiksa, kecuali keyakinan tentang agama)
Jangan salahkan perasaan cinta seseorang terhadapmu..karena ia pun tidak pernah tau tentang rasa cinta yg tumbuh itu. Jangan kau benci karena cintanya padamu..karena ia pun tersiksa..karena cinta itu (ibaratnya sama2 tersiksa..yg satu tersiksa perasaan cintanya dan yg satunya terganggu oleh orang yg mencintainya)
Jangan kau ambil kesempatan karena cintanya terhadapmu, karena sesungguh –nya kau telah berbuat dzolim karena cintanya terhadapmu. Cinta adalah anugrah Allah yg diberikan kepada hambaNya..yg penuh keindahan dan hanya bisa dirasakan.

Dengan cinta orang bisa menutupi luka
Dengan cinta orang bisa menyembukan luka
Dengan cinta orang masih bisa berharap
Karena cinta manusia masih mempunyai mimpi
Karena cinta manusia bisa terluka
Karena cinta manusia bisa bahagia


Cinta sejati adalah cinta yg tidak pernah mengharap untuk dibalas. Cinta sejati hanya memberi walau tanpa menerima. Cinta sejati bisa terluka, tidak kuasa mendendam. Hanya cinta sang Malik yg tak pernah mengharap balasan. Hanya cinta sang Malik yg tak pernah pamrih. Hanya cinta sang Malik yg selalu setia. Maka cintailah Dia..maka engkau tak akan dikecewakan. Cintailah Dia, karena cintamu akan terbalas. Cintailah Dia..karena Dia selalu setia. Cintailah Dia..karena kau akan bahagia