Rentang masa
tiga bulan dari catatan pertama, sekilas kisah tentang seorang perempuan
bernama Rhensi yang sudah menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri
dari laki-laki yang mencintainya, terlihat sudah nampak kebahagian di antara
mereka sekalipun sesekali terjadi 'gesekan-gesekan' yang menjadi petanda dari
awal penyatuan perbedaan di antara keduanya dalam membangun mahligai rumah
tangga. Mereka pun berhasil mengatasinya dengan kepala dingin, senyum bahagia
pun sudah mulai mengembang pada bibir merahnya, yang bertanda ia sudah mulai
bisa menyesuaikan diri dengan status barunya.
Setelah keduanya
memulai hidup bersama, sesegera mungkin mereka berusaha untuk mandiri dengan
cara berpindah dari rumah yang sebelumnya Rhensi tempati ke rumah baru hasil
kerja keras suaminya, dan merekapun meninggalkan rumah kedua orang tua Rhensi
untuk membangun mahligai baru sebagai sepasang suami istri yang bahagia.
Menjalani proses
dalam suatu rumah tangga pastinya tidak pernah lepas dari persoalan-persoalan
kecil yang menimbulkan percikan-percikan dan berakibat pada sebuah masalah
sudah mulai tampak dan dialami kedua pasangan baru itu. Laksana pepatah, hidup
berkeluarga seperti halnya peralatan makan antara piring dan sendok atau garpu.
Sebaik apapun beusaha untuk tidak menimpulkan bunyi ketika kita makan dengan
peralatan itu, pastinya sesekali bunyi benturan piring dan sendok pun tidak
bisa dihindari. Namun, meminimalisir bunyi tersebut merupakan solusi tepat
untuk mengatasi segala bentuk persoalan yang seringkali terjadi dalam kehidupan
keluarga, yang notabene penyatuan dua keinginan dan kebutuhan yang berbeda.
Istilah hidup
pastinya tidak akan pernah lepas dari hukum kausalitas, hukum sebab akibat yang
senantiasa mengiringi perjalanan hidup yang sudah ditakdirkan. Namun,
kesemuanya akan menjadi lebih baik dan penuh hikmah bila kita bisa mengunyah segala
macam bentuk dengan pola pikir yang progresif dan tidak terlalu mengedepankan
ego masing-masing pasangan.
Hal itulah yang
sempat dialami Rhensi dalam waktu tiga bulan pernikahannya. Terkesan terjadi
CLBK (cinta lama bersemi kembali) yang dialami suaminya terhadap mantannya,
dalam perspektif Rhensi, hal itu merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolelir
dan sudah diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya ketika dirinya hendak dinikahi
suaminya. Sebab hal itu merupakan kendala utama yang sudah diketahui Rhensi.
Dan saat itu pun kembali terjadi, hingga membuat Rhensi kembali meninggalkan
suaminya ke rumah orang tua yang membesarkannya.
Selang beberapa
hari kemudian, keadaan sudah mulai kembali seperti semula, segala macam
persoalan sudah bisa di atasi Rhensi bersama suaminya dengan kepala dingin,
sehingga ia pun kembali kedekapan suami tercinta dengan dengan kepala tegak.
Hal itu merupakan bentuk keuletan seorang Rhensi untuk kembali mempercayai
suaminya dan pada akhirnya ia pun mendapatkan kepercayaan untuk menjalin sebuah
hubungan demi masa depan yang lebih baik.
Satu prinsip
dari seorang Rhensi yang patut diacungi jempol, sekalipun ia sudah mengetahui
prilaku suaminya sejak sebelum dirinya dipersunting dan beralih status sebagai
istri. Dirinya pantang menyerah dari segala macam bentuk persoalan, serta
berani mempertaruhkan kebahagiaan dirinya bersama seseorang yang 'tidak'
terlalu ia cintai sebelumnya. Ibarat kata 'nasi sudah jadi bubur'. Ia
senantiasa menjalani hidup barunya dengan prinsip menatap kedepan dan melupakan
segala macam persoalan yang dilaluinya, sekalipun terkesan 'hidup yang
dipaksakan'.
Prinsip yang
demikian itu akan menjadi motivasi dan kekuatan tersendiri bagi Rhensi dalam
menatap dan menjalani kehidupan yang lebih baik bersama suami yang dengan tulus
mencintai dan berharap lebih dari seorang perempuan berparas ayu itu. Sehingga
dirinya pun mengarungi mahligai dengan penuh nikmat dan syukur, serta dengan
senyum manis sudah mulai berkembang di bibir seksi miliknya.
Semoga
kebahagiaan selalu mengiringi langkah mereka berdua.
Powered by
Telkomsel BlackBerry®
maju tak gentar !!!
BalasHapus