"Sekuat apapun kita
berusaha,
senekat apapun kita beraksi.
Akan tetapi, Tuhan lah yang mengatur
semuanya".
Arif dan Rhensi, mengawali
komunikasi mereka lantaran kenal via dunia maya (dumay), dan sekalipun diantara
mereka tidak saling tahu antara satu dengan yang lainnya. Hanya sebatas setatus
dan kabar dari teman yang lain yang dijadikan sebagai dasar keyakinan untuk
saling share (bagi pengalaman) dan yang lainnya tentang kebiasaan dan kehidupan
mereka.
Tanpa mereka sadari, dari
seringnya komunikasi dan tukar pengalaman. Diantara keduanya muncul
ketertarikan untuk ungkapkan kata yang memang seharusnya mereka katakan. Akan
tetapi, "kata" itu tidak kunjung keluar dari mereka, dan hanya
sebatas ingin mengetahui dan menjajaki keseriusan diantara mereka.
Sekian lama memendam rasa
kagum dan ketertarikan tanpa ungkapan yang jelas, dan hanya tertuang dalam
status dan tulisan tidak cukup menjadikan mereka untuk saling ungkap sekalipun
diantara keduanya sudah terpemdam suatu "rasa" yang dimungkinkan
untuk menjadi bom waktu ketika saatnya tiba.
Hal itu tidak menjadikan
mereka sadar akan sesuatu yang akan terjadi dikemudian hari, apakah hal itu
nantinya akan menjadi sesuatu yang membahagiakan, atau sebaliknya. Namun,
dengan ikhlas mereka sama-sama menjalaninya dengan hati lapang dan ikhlas.
Diantara keduanya pun menikmati akan status masing-masing, dan masih saja
menyimpan "bara api" dalam genggaman kepercayaan.
Entah kabar itu benar atau
tidak. Seketika muncul suatu pertanyaan dari Rhensi terhadap Arif tengtang
statusnya yang sudah menjadi bagian dari orang lain. Arif pun mengakui akan hal
itu. Sedangkan Rhensi seketika bimbang dan merasa dirinya terhianati, sakit
yang ia rasa akibat menyimpan bara terlalu lama, panas di otak pun mulai
menjalar hingga akhirnya, ia pun menjaga jarak dan membatasi komunikasi dengan
Arif.
Saling tunggu kabar diantara
keduanya mulai memasuki tahap-tahap membosankan, semula rasa percaya dan
yakinpun seketika sirna. Namun, Arif kembali memulai lagi dengan memberi asa
kembali merangkul, dan rasa itupun kembali tumbuh sekalipun dengan rasa waswas
yang senantiasa meliputi Rhensi. Motivasi dan rasa kepercayaan yang diberikan
Arif seakan-akan tak berarti pasca kabar dari seberang yang masih belum tentu
kebenarannya.
Jelang beberapa bulan kemudian.
Kabar sebaliknya muncul dari seorang Rhensi, yang dalam waktu dekat akan
melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang sebelumnya ia tolak. Akan
tetapi pria itu tulus mencintai dan menerima kekuarangan dan kelebihan dari
Rhensi. Rhensi pun menerima akan pinangan dari pria yang memang sudah tidak
asing dengan dirinya dan juga keluarga besarnya.
Tanpa menghiraukan bekas
tersisa. Rhensi pun menyatakan sanggup dan siap melangkah kedepan demi
harmonisasi keluarga dan orang tersayang di sekitarnya. Namun, tanpa ia sadari,
ia meninggalkan bekas luka di belakang dan terus melangkah maju tanpa kembali
hiraukan yang sebelumnya.
Hingga akhirnya, Rhensi hanya
berucap "maukah kita tidak memutuskan silaturrahmi, dan tetap menjadi
kakakku". Hal itu yang memberikan suatu keyakinan dari seorang Arif, bahwa
hingga saat ini Rhensi masih menyayangi Arif, sekalipun tanpa harus bisa
memilikinya.
*bersambung di cerita selanjutnya
Jember, 09 Juni 2013
Powered by Telkomsel
BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar