Minggu, 22 September 2013

KETIKA ASA TAK LAGI BERPIHAK II


Rentang masa tiga bulan dari catatan pertama, sekilas kisah tentang seorang perempuan bernama Rhensi yang sudah menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri dari laki-laki yang mencintainya, terlihat sudah nampak kebahagian di antara mereka sekalipun sesekali terjadi 'gesekan-gesekan' yang menjadi petanda dari awal penyatuan perbedaan di antara keduanya dalam membangun mahligai rumah tangga. Mereka pun berhasil mengatasinya dengan kepala dingin, senyum bahagia pun sudah mulai mengembang pada bibir merahnya, yang bertanda ia sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan status barunya.

Selasa, 11 Juni 2013

KETIKA ASA TAK LAGI BERPIHAK

"Sekuat apapun kita berusaha, 
senekat apapun kita beraksi. 
Akan tetapi, Tuhan lah yang mengatur semuanya".

Mungkin prakata itu bisa menggambarkan dari sosok seorang lelaki, sebut saja Arif, yang senantiasa berusaha untuk mengungkapkan kata kejujuran yang sudah lama tersembunyi dibalik ketakutannya untuk mengungkap kata. Entah karena ia takut, tidak percaya diri, atau yang lainnya. Sehingga ia pun terpuruk dalam penyesalan atas kegagalan yang "terlambat" diungkapkan.

Senin, 27 Mei 2013

HASIL UNAS 2013

Hasil Ujian Nasional (Unas) tahun 2013 untuk jenjang SMA/SMK/MA telah diumumkan secara serentak pada hari Jum’at (24/05/2013) kemarin. Dari berbagai berita yang dipublikasikan di Kompas.com, diperoleh informasi bahwa dalam Ujian Nasional tahun 2013 terdapat 12 (dua belas) siswa yang  memperoleh nilai UN murni tertinggi se-Indonesia dan 10 (sepuluh) sekolah dengan rata-rata nilai murni tertinggi Unas se-Indonesia.

Minggu, 21 April 2013

PENGEMBOSAN POLITIK EPISODE III?


Oleh: Ainur Rohim

"Saya ini seperti orang teler, setelah menenggak bir bintang langsung nyender di beringin, kemudian diseruduk banteng," tutur KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika memberi sambutan pada acara perayaan Isra Miraj di Markas Golkar, Slipi, Jakarta menjelang Pemilu 1987.
Itulah gaya tokoh yang belum begitu lama duduk di pucuk pimpinan NU itu, di hadapan sekitar 2.000 undangan, termasuk Ketua Umum Golkar, Sudharmono dan Sekjennya, Sarwono. Dengan itu ia ingin menyatakan, NU berada di atas semua golongan.
Itu pernyataan Gus Dur, Ketua Umum PBNU, seperti dimuat majalah mingguan Tempo edisi 11 April 1987. Pernyataan itu disampaikan menjelang Pemilu 1987 dan pasca-NU secara legal-formal menyatakan kembali ke Khittah 1926 sesuai keputusan muktamar NU ke-27 di Pondok Salafiyah Syafi'iyah Asembagus Situbondo, Jatim pada 1984. NU menjaga jarak yang sama dengan ketiga kekuatan sosial yang ada (PPP, Golkar, dan PDI). NU ada di mana-mana dan NU tak ke mana-mana.