'Datang tampak muka, pulang tampak punggung.
Sebab,
dalam mengelola Persepam kami berstatus sebagai tamu'.
Sebuah ungkapan menarik dari seorang Achsanul Qasasi,
yang tidak lain merupakan mantan Manajer Persepam-MU dalam tiga musim terakhir.
Yakni sejak Persepam berlaga di Devisi Utama musim 2011-2012 hingga kompetisi
Indonesia Super League (ISL) musim 2012 hingga 2014.
Sebagaimana kita ketahui, sejak dikelola PT Pojur
Madura United. Persepam yang tidak lain merupakan Persatuan Sepakbola
Pamekasan, mengalami perubahan nama dengan menambah kata Madura United (MU)
selama berkompetisi di pesepakbolaan tertinggi tanah air. Bahkan sejumlah
branding dan julukan juga mengalami perubahan.
Persepam yang awalnya dikenal dengan julukan Laskar
Ronggosukowati, yang tidak lain merupakan pejuang dan salah satu pioner dari
Kabupaten Pamekasan. Berganti julukan menjadi Laskar Sape Kerap, yang mana
istilah Sape Kerap tersebut diambil dari satu jenis kebudayaan Madura, Kerapan
Sapi.
Uniknya, nama Madura United terdengar jauh lebih
terkenal dari nama asal klub asal Pamekasan tersebut, yakni Persepam. Bahkan,
dalam beberapa kali siaran langsung di televisi yang menayangkan Persepam saat
melakoni pertandingan, baik itu laga kandang maupun laga tandang. Nama Madura
United lebih sering terdengar daripada nama Persepam.
Bahkan, alih-alih dari Persepam menjadi Madura United
FC menuai kecamatan dari pendukung Persepam di Kabupaten Pamekasan. Dan tidak
jarang mereka 'men-justice' pengelola Persepam-MU (PT Pojur Madura United)
sengaja memberikan label tersebut, untuk 'menjauhkan' Persepam dari Kabupaten
Pamekasan.
Tetapi, pihak Manajemen Persepam-MU membantah keras
tudingan tersebut. Sebab, selama ini pihaknya tetap komitmen untuk
mensosialisasikan nama Madura ke publik Nusantara, dan tentunya melalui
Persepam yang dinilainya merupakan tim kebanggaan masyarakat Madura dan bukan
hanya masyarakat Pamekasan saja.
Sekalipun Persepam merupakan tim yang berasal dari
Kabupaten Pamekasan. Tapi saat melakoni laga kandang, tidak sekalipun Persepam
berlaga di Pamekasan. Justru Persepam memilih gelar laga di Stadion A Yani,
Sumenep, selama berlaga di kompetisi Devisi Utama, dan di Stadion Gelora
Bangkalan (SGB) pada kompetisi ISL selama dua musim.
Sementara, di Pamekasan sendiri Persepam belum
memiliki stadion yang layak huni untuk dijadikan sebagai Homebase saat tim
berjuluk Laskar Saper Kerap menjamu tim-tim tamu peserta kompetisi. Baik Devisi
Utama maupun ISL.
Setelah tiga tahun mengelola Persepam, PT Pojur Madura
United menyerahkan Persepam ke Pemkab dan Askab PSSI Pamekasan, secara lisan
pada Kamis (16/10/2014) lalu. Yang sebelumnya Achsanul Qasasi menyatakan mundur
sebagai Manajer Persepam-MU, pada Senin (06/10/2014). Setelah terpilih
sebagai anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) periode
2014-2019.
Sekalipun sudah diserahkan secara lisan, pihak PT
Pojur tetap komitmen untuk menyelesaikan tanggungjawab klub terhadap pemain dan
offisial. Sebab hingga saat ini pihak Pojur belum menyerahkan Persepam secara
tertulis karena adanya sejumlah tanggungjawab yang belum tuntas. Sementara,
pihak Pemkab dan Askab PSSI tetap menunggu penyerahan secara resmi.
Namun demikian, Pemkab dan Askab PSSI Pamekasan sudah
memilih MH Said Abdullah sebagai sosok manajer Persepam dan suksesor Achsanul
Qasasi. Guna menghadapi kompetisi mendatang.
Klik juga di :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar