Kamis, 30 Oktober 2014

Ibrahim, Presiden Rumah Tangga Tersukses Sepanjang Masa

Refleksi Idul Adha 1435 Hijriyah

Nabi Ibrahim Âlaihi al-Salām merupakan sosok kepala rumah tangga yang kuat dan sabar dalam menghadapi ujian dalam kehidupan. Khususnya dalam kehidupan keluarga. Bahkan dirinya juga membina keluarga di atas fondasi Agama yang kuat, sabar dan tawakkal dalam menjalani kerasnya hidup. Serta selalu berdoa dalam mengatasi segala masalah.
Ayah dari Ismail dan Ishaq Âlaihim al-Salām adalah presiden rumah tangga yang paling sukses dalam sejarah peradaban manusia. Bahkan kisah hidup seorang Ibrahim juga bisa dijadikan sebagai ibrah (ibarat), sebab dalam menjalani kehidupan ia jatuh bangun, suka dan duka, serta sarat dengan pelajaran membina keluarga.

Abul Ambiya' (bapak para Nabi, sebutan lain Ibrahim) tersebut benar-benar manusia pilihan yang menjalani kehidupan poligami yang penuh arang rintang. Bahkan kedua istrinya, Sarah dan Hajar hidup tak rukun, penuh iri dan persaingan satu sama lain.
Namun demikian, semua itu dalam batas-batas kewajaran dari segi kemanusiaan. Bahkan kedua istrinya ini pula yang melahirkan dua nabi besar, yakni Ishaq dan Ismail Âlaihim al-Salām. Dari keturunan dua nabi ini, lahir Nabi Isa dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Âlaihi wa Sallam yang membawa dua agama terbesar di dunia: agama Nasrani dan Islam.
 Istri-istrinya berhasil menjadi al-Ummuh Madrasatun (ibu adalah sekolah) bagi anak-anaknya. Barang tentu, sekolah yang dimaksud bukan sekolah dalam kriteria saat ini, tapi sekolah dalam pengertian keteladanan life skill (keterampilan hidup) yang sangat kurang di sekolah-sekolah modern sekarang.
Sarah dan Siti Hajar adalah perempuan hebat, yang berhasil mendidik Ishaq dan Ismail yang menjadi manusia hebat dalam mahkamah sejarah. Selain karena manusia pilihan, tapi juga berkat kegigihan, ketangguhan, keuletan dan kesabaran dari istri-istri Nabi Ibrahim dalam mendidik dan mengajar putra-putra Nabi Ibrahim tersebut pula.
Bahkan dua perempuan hebat di atas juga punya andil besar terhadap bangunan peradaban agama-agama Ibrahim di dunia. Islam di Timur, dan Nasrani di Barat, berjaya dibandingkan dengan agama lain, tak lepas dari tangan dingin perempuan Ibrahim tersebut. Kasih sayang mereka telah melahirkan perdamaian dunia, dan persaingannya juga telah melahirkan benturan peradaban.
Kesinambungan peradaban dunia karena ajaran kasih satu sisi dan persaingan disisi lain yang membuat dunia tetap penuh dinamika dan romantika. Keluarga Ibrahim telah memberikan gambaran besar soal wajah dunia, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bangsa maupun dalam kehidupan dunia.
Singkat kata, wajah dunia sekarang adalah wajah keluarga Ibrahim Âlaihi al-Salām. Suatu keluarga yang paling sukses. Keluarga yang paling terkenal. Dan, juga keluarga yang paling diteladani oleh umat manusia di muka bumi. Ibrahim, Sarah, Siti Hajar, Ishaq dan Ismail, ada keluarga kecil, yang besar karena peran-peran kerisalahannya dalam agama tauhid. Keluarga yang dijadikan panutan oleh lebih dari 3,5 miliar manusia di dunia.
Keluarga Nasrani di Barat, dan keluarga Islam di Timur, sama-sama menjadi keluarga Ibrahim AS sebagai inspirasi dan aspirasi dalam membina kehidupan keluarga modern. Keluarga modern seringkali diwarnai balada perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Kasus ini terjadi lantaran rumah tangga tak mampu memberikan rasa aman dan nyaman lagi. "Rumahku, surgaku, bak api jauh dari panggang. Rumahku, nerakaku, adalah kenyataan”.
Keluarga modern sangat rentan, apalagi secara ekonomi kekurangan dan termasuk penderita masalah kerawanan sosial. Sudah pasti, keluarganya tidak sehat dalam pengertian segala macam. Kasus nikah-cerai, hubungan tanpa status, kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, pembunuhan dan hamil di luar nikah, dan lain sebagainya, mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kasus-kasus tersebut mirisnya tak jarang dilakukan oleh orang yang sangat dekat dalam pertalian darah, seperti ayah dan anak, adik kakak, paman keponakan dan seterusnya.
Dengan demikian, keluarga bukan tak lagi memberikan kenyamanan, malahkan juga tak aman. Perempuan dan anak yang sangat rentan menjadi "korban". Padahal, kebudayaan dan peradaban bangsa "Timur" menggariskan mutifungsi keluarga sebagai sarana reproduksi, komunikasi, edukasi, advokasi, aktualisasi diri serta ekspresi dan apresiasi.

Sumber: dikutip dari OA. Wirawan (Jember)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar