Refleksi Idul Adha 1435 Hijriyah
Nabi Ibrahim Âlaihi al-Salām merupakan sosok kepala
rumah tangga yang kuat dan sabar dalam menghadapi ujian dalam kehidupan. Khususnya
dalam kehidupan keluarga. Bahkan dirinya juga membina keluarga di atas fondasi
Agama yang kuat, sabar dan tawakkal dalam menjalani kerasnya hidup. Serta selalu
berdoa dalam mengatasi segala masalah.
Ayah dari Ismail dan Ishaq Âlaihim al-Salām adalah presiden rumah tangga yang paling sukses dalam sejarah
peradaban manusia. Bahkan kisah hidup seorang Ibrahim juga bisa dijadikan
sebagai ibrah (ibarat), sebab dalam menjalani kehidupan ia jatuh bangun, suka
dan duka, serta sarat dengan pelajaran membina keluarga.
Abul Ambiya' (bapak para Nabi, sebutan lain Ibrahim) tersebut
benar-benar manusia pilihan yang menjalani kehidupan poligami yang penuh arang
rintang. Bahkan kedua istrinya, Sarah dan Hajar hidup tak rukun, penuh iri dan
persaingan satu sama lain.
Namun demikian, semua itu dalam batas-batas kewajaran dari segi
kemanusiaan. Bahkan kedua istrinya ini pula yang melahirkan dua nabi besar, yakni
Ishaq dan Ismail Âlaihim al-Salām. Dari keturunan dua
nabi ini, lahir Nabi Isa dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Âlaihi wa Sallam yang membawa
dua agama terbesar di dunia: agama Nasrani dan Islam.
Istri-istrinya berhasil menjadi al-Ummuh Madrasatun (ibu adalah
sekolah) bagi anak-anaknya. Barang tentu, sekolah yang dimaksud bukan sekolah
dalam kriteria saat ini, tapi sekolah dalam pengertian keteladanan life skill
(keterampilan hidup) yang sangat kurang di sekolah-sekolah modern sekarang.
Sarah dan Siti Hajar adalah perempuan hebat, yang berhasil
mendidik Ishaq dan Ismail yang menjadi manusia hebat dalam mahkamah sejarah.
Selain karena manusia pilihan, tapi juga berkat kegigihan, ketangguhan,
keuletan dan kesabaran dari istri-istri Nabi Ibrahim dalam mendidik dan
mengajar putra-putra Nabi Ibrahim tersebut pula.
Bahkan dua perempuan hebat di atas juga punya andil besar
terhadap bangunan peradaban agama-agama Ibrahim di dunia. Islam di Timur, dan
Nasrani di Barat, berjaya dibandingkan dengan agama lain, tak lepas dari tangan
dingin perempuan Ibrahim tersebut. Kasih sayang mereka telah melahirkan
perdamaian dunia, dan persaingannya juga telah melahirkan benturan peradaban.
Kesinambungan peradaban dunia karena ajaran kasih satu sisi dan
persaingan disisi lain yang membuat dunia tetap penuh dinamika dan romantika.
Keluarga Ibrahim telah memberikan gambaran besar soal wajah dunia, baik dalam
kehidupan pribadi, keluarga, bangsa maupun dalam kehidupan dunia.
Singkat kata, wajah dunia sekarang adalah wajah keluarga Ibrahim
Âlaihi al-Salām. Suatu keluarga yang
paling sukses. Keluarga yang paling terkenal. Dan, juga keluarga yang paling
diteladani oleh umat manusia di muka bumi. Ibrahim, Sarah, Siti Hajar, Ishaq
dan Ismail, ada keluarga kecil, yang besar karena peran-peran kerisalahannya
dalam agama tauhid. Keluarga yang dijadikan panutan oleh lebih dari 3,5 miliar
manusia di dunia.
Keluarga Nasrani di Barat, dan keluarga Islam di Timur,
sama-sama menjadi keluarga Ibrahim AS sebagai inspirasi dan aspirasi dalam
membina kehidupan keluarga modern. Keluarga modern seringkali diwarnai balada
perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Kasus ini terjadi lantaran rumah
tangga tak mampu memberikan rasa aman dan nyaman lagi. "Rumahku, surgaku,
bak api jauh dari panggang. Rumahku, nerakaku, adalah kenyataan”.
Keluarga modern sangat rentan, apalagi secara ekonomi kekurangan
dan termasuk penderita masalah kerawanan sosial. Sudah pasti, keluarganya tidak
sehat dalam pengertian segala macam. Kasus nikah-cerai, hubungan tanpa status,
kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, pembunuhan dan hamil di luar nikah,
dan lain sebagainya, mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kasus-kasus
tersebut mirisnya tak jarang dilakukan oleh orang yang sangat dekat dalam
pertalian darah, seperti ayah dan anak, adik kakak, paman keponakan dan
seterusnya.
Dengan demikian, keluarga bukan tak lagi memberikan kenyamanan,
malahkan juga tak aman. Perempuan dan anak yang sangat rentan menjadi
"korban". Padahal, kebudayaan dan peradaban bangsa "Timur"
menggariskan mutifungsi keluarga sebagai sarana reproduksi, komunikasi,
edukasi, advokasi, aktualisasi diri serta ekspresi dan apresiasi.
Sumber:
dikutip dari OA. Wirawan (Jember)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar