Bagi para penikmat kopi, tempat tentunya bukanlah prioritas
utama, tak peduli di pinggir jalan, lesehan, warung kecil, hingga di tempat
terbuka sekalipun. Namun, para penikmat kopi biasanya lebih mengutamakan rasa,
aroma dan kelezatan rasa kopi dibanding keberadaan tempat dan lokasi warung
kopi (warkop) itu sendiri.
Di Pamekasan, salah satu warkop yang banyak digemari sebagian penikmat kopi, yakni kopi Pak Saleh, salah satu warung kecil yang terletak di kawasan Jl Brawijaya Indah, Kelurahan Jungcangcang, Kecamatan Kota, tepatnya depan kampus eks STAIN Pamekasan.
Sesuai dengan namanya, pemilik warkop kecil yang berdekatan
dengan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pamekasan itu memang bernama
Shaleduddin (60), salah satu warga yang sudah berjualan kopi sejak tahun 1981
lau. Sehingga para penikmat kopi di warkop tersebut sering menyebutnya dengan
"Kopi Pak Saleh".
Berbeda dengan para pedagang kopi pada umumnya, Pak Saleh lebih
mengutamakan aroma dan kualitas air mendidih alami. Sebab air masak yang
digunakannya tidak menggunakan kompor gas ataupun minyak tanah, melainkan dengan
menggunakan kayu bakar. “Kalau masak menggunakan gas, rasa (aroma) nya berbeda.
Makanya khusus untuk membuat kopi ini, saya sengaja tidak menggunakan kompor
gas untuk memasak air,” kata Shalehuddin, kepada sejumlah penikmat kopi di
warungnya.
Selain pola pembuatan kopi yang terkesan tradisional, kenikmatan
kopi buatannya juga dikarenakan dicampur dengan sedikit jahe, sehingga adonan
kopi dan gula yang cukup "tua", yakni sedikit air, dan membuat kopi
terlihat kental.
Bahkan bagi sejumlah mahasiswa di Pamekasan, warung Pak Saleh
memang cukup populer. Selain selain dulunya pria paru baya itu memang berjualan
kopi khusus untuk kalangan mahasiswa, harga kopinya juga relatif lebih murah
dibanding dengan kopi-kopi lain di kota yang identik dengan slogan Bumi Gerbang
Salam itu.
Satu gelas kopi berukuran kecil, pria lima anak itu hanya
menjual seharga Rp 1.500 pergelas. Sebelumnya hanya menjual Rp 1.000 per gelas.
"Mulai dulu harganya Rp 1.000 per gelas. Karena saya merasa kasihan tak
suruh naikin harga Rp 500 per gelas. Padahal di warung-warung lainnya sudah
menjual Rp 2.000 per gelas," Shodik, salah satu pelanggan setia, sekaligus
tetangga warkop Pak Saleh.
Kopi Pak Saleh sebenarnya tidak hanya dikenal di kalangan mahasiswa saja, akan tetapi, pria yang juga tukang kebun kampus STAIN Pamekasan ini juga banyak memiliki pelanggan tetap dari kalangan pejabat dan birokrasi di Pamekasan. Salah satunya merupakan aparat kepolisian dari Polres Pamekasan, yang setia dan rela dating ke warkop Pak Saleh, sekalipun tempat dan ukurannya kecil dan sempit. “Kalau lagi waktunya istirahat dan tidak bertugas di kantor, pasti kesini mas. Bahkan sampai berjam-jam pun tanpa terasa," ungkapnya.
Warkop Pak
Saleh ini, biasanya hanya buka mulai sore hingga malam hari. Sebab jika pagi
dan siang, dirinya masih harus mengemban amanah dan tugas sebagai tukang kebun
di Kampus STAIN Pamekasan. Namun, jika kebetulan kampus libur. Dirinya membuka
warkopnya mulai pagi hingga malam.
*hanya
catatan untuk seorang yang bernama Pak Saleh, yang patut dijadikan contoh dari
kesederhanaan dan celoteh dengan rasa humor yang tinggi.
mantap banget kopi pak saleh memang tiada banding tiada tanding, persis iklan motor. selalu di depan. kewkwkwkwkwkw
BalasHapus