Sabtu, 30 Maret 2013

CATATAN BUAT BAPAK TERCINTA


Teringat pepetah bahwa "penyesalan akan terlihat dibelakang hari bukan di depan". Sepenggal kata itu mengingatkanku akan sosok tauladan yang telah bersusah payah mendidik dan membimbingku dari usia bayi sampai saat ini. Dari masa dimana aku belum mengerti tentang sesuatu sampai aku benar-benar sedikit memahami tentang makna perjuangan dan usaha hebat darinya.
Pelajaran berharga tanpa harus didasari dengan metode formal seperti saat sekolah. Memberikan gambaran yang jelas tentang keuletan usaha dan pengorbanan tanpa pamrih yang selalu ia tunjukkan. Tak perduli terik, hujan dan angin. Ia senantiasa berjuang demi melaksanakan tugasnya sebagai seorang kepala rumah tangga dan mencerminkan bahwa dirinya benar-benar bertanggungjawab akan keluarganya.

Sedikit pelajaran yang bisa kuambil tanpa mengurangi rasa hormat akan perjuangan tanpa pamrih yang ia tunjukkan, ia senantiasa mengalah sekalipun sifat mengalah itu tertutupi dengan ke"egoisan"nya (istilah orang ada yang mengatakan "chengkallah sa Sumenep"). Tapi ku sangat yakin bahwa ia memiliki prinsip yang sebelumnya tanpa aku ketahui dan mungkin juga memang sengaja tidak mau bilang dan berbagi tentang prinsipnya itu dan membuatku takjub.
Baru aku sadari, bahwa ia telah memberikan fondasi yang kuat untuk perjalanan hidupku yang masih labil. Ia senantiasa membimbingku sekalipun terpisah jarak yang sangat jauh (istilah madura: abhental ombhe' asapo' angin). Selalu mengunjungiku sekalipun dengan keadaan badan yang sudah tidak stabil (kurang begitu sehat) dan sedikit memberikan pencerahan tentang makna hidup yang sebelumnya sedikit tidak aku perdulikan. Ketidak pedulianku bukan semata-mata aku mau berontak atas sarannya. Akan tetapi ini hidupku yang mungkin berbeda dengan hidup yang ia jalani. Akan tetapi, ia senantiasa apatis dengan tingkahku dan ia mungkin sudah merasa bahwa sudah saatnya aku diberikan setitik titisan dan makna tentang hidup yang ia jalani untuk aku jadikan sebagai pelajaran paling berharga yang tidak aku dapat di bangku sekolah.
Satu hal yang paling aku kagumi darinya. Ia senantiasa bersilaturrahmi dan mengunjungi family jauh yang sudah hampir hilang dari tataran nasab sebagai orang biasa. Ia lebih unggul daripada saudara-saudaranya yang lain dalam hal ini. Bila mungkin bisa aku nilai. Aku akan berikan poin 99.9 buat yang satu ini. Dan inilah yang sangat mempengaruhi dan mencetakku untuk senantiasa ingat akan asal. Darimana, siapa, dimana dan untuk apa...!!
Ungkapan terakhir yang paling aku sesali sampai saat ini. "Aku jarang dan terkadang hampir lalai menuruti keinginan dan kehendaknya. Bahkan mungkin tidak sama sekali". Dan aku merasa sangat berdosa akan bila aku ingat tentang itu. Inginku salalu membalasnya dan berangan untuk sedikit diberikan kesempatan untuk balik lagi. Tapi aku sangat sadar dan bahkan sangat menyadari bahwa itu semua sudah kehendak Allah swt., yang harus aku terima dengan ikhlas. Poin pentingnya, mungkin AKULAH amal baik dari segala bentuk kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya. Dan semoga aku kuat dan bisa memberikan yang terbaik buantnya di alam sana. Semoga...

Selamat Jalan Bapak-ku tercinta
Ighfir wa Arham Yaa Rabb al-'Alamien


Bungkul, 06 Maret 2013 (8 hari pasca wafat)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar