Sabtu, 30 Mei 2009

Introspeksi Pertengahan Tahun


By; Missionaris

Dalam perhitungan yang dikalkulasi oleh kacamata ini, kita semua sudah berada dipertengahan tahun 2009. dan sudah terasa bahwa usia qt sudah mulai menua.

Harusnya banyak yang sudah tahu kalau sebentar lagi adalah akhir tahun. Tahun Baru memang sebentar lagi, sudah banyak yang memperkirakan bahwa setiap momen harus diprioritaskan sebagai peringatan paling spektakuler setiap kalinya. Mulai dari beberapa macam artis yang menyediakan waktunya untuk merayakan tahun baru di Pulau Dewata. Sebagian kaum borjuis menghabiskan uangnya untuk bepergian ke luar negeri. Tak ketinggalan dari orang – orang pemerintahan pun banyak yang sudah menyiapkannya sejak dulu.
Orang – orang yang termasuk kedalam strata atau golongan menengah mengakali hal tersebut dengan pergi ke pusat kota pada waktu yang ditentukan. Tak jarang orang – orang pertelevisian menganggap hal ini sebagai tambang emas baru dalam kantong mereka. Lantas memeriahkan acara di tempat yang sama, dengan bertabur bintang dan grup band nan megah.
Tak ayal, bagi golongan penulis – pengetik di Blogosphere, mereka memulai kegiatan dalam menatap tahun baru dengan membuat resolusi. Resolusi Tahun 2008. Ada pula yang membentuk sebuah Rangkuman Akhir Tahun, Retrospeksi akhir tahun. Akhir Tahun pun berarti tunjangan – tunjangan siap masuk kedalam kantong saku. Artinya, golongan – golongan melarat pun akan tetap menyemarakkan semangat akhir tahun dengan bunyi terompet.
Semua senang, semua menang. 
Tidak, tidak. Tidak selamanya begitu.
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa hidup bukan sekadar hura – hura. Bahwa hidup bukan hanya senang – senang. Bahkan kita tidak boleh lupa apabila Sang Maha Kuasa pun pernah memberikan cobaan-Nya, kepada segenap orang yang tidak seberuntung kita. Bahwa Sang Maha Kuasa pernah memberikan sebagian kuasanya kepada alam untuk murka di atas kulitnya yang berduri, duri keserakahan manusia yang tidak mampu dihakimi.
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa kita ini hidup dengan pluralitas. Hidup di dunia tidak hanya dengan golongan yang sama. Bahwa golongan lain pun tidak bisa seenak – enaknya memberikan dakwaannya kepada golongan lain. Apalagi agamamu itu agamamu, agamaku itu agamaku. Tidak sembarangan kalian – kalian para khalifah bisa menuduh seseorang itu murtad karena tidak sesuai dengan standarisasi agama kalian. Tak mungkin kalian menuduhbahwa sebuah coretantangan adalah menyimpang dari ajaran agama kalian. Tak sembarangan mengartikan Firman Tuhan, tidak bisa kalian menganggap bahwa kalian paling tahu soal perkataan-Nya. Tak pula kalian berhak mengatakan kalian itu sedang berjihad, dengan membunuh orang yang kalian sebut itu kafir. Yang kalian sebut itu adalah perbuatan mulia karena Tuhan kalian benci orang selain agama kalian. Kalian tidak punya hak istimewa.
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa kita ini hidup untuk menyongsong masa depan bersama, tak peduli usia. Seenaknya menghilangkan nikmat hidup yang lebih muda ? Siapkanlah hati dianggap sebagai belatung keparat oleh peri kemanusiaan. Bahwa tidak ada yang mencoba mengajarkan kalian menjadi seorang preman berotot asli Institut dalam negeri. Jangan khianati rakyat – rakyat seperti kami, karena mental seperti itu tak lebih hanya akan membuat kalian menjadi seorang pemimpin yang gila harta negeri.
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa harta negeri ini tidak boleh dilupakan oleh segenap penerus – penerusnya. Lihatlah pakar di sana, janganlah kalian mau terkecoh melihat sebuah senandung kenegaraan yang menjadi panjang karena ketidaktahuan. Apabila kalian tetap berkeras hati dengan hilangnya jati diri kalian, maka seharusnya kalian jangan berpanas hati begitu mengetahui suatu hari, kebudayaan kalian telah berada di tangan bangsa lain.

Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa sejarah kemanusiaan itu tidak bisa diulang ? Bukankah teramat SETAN apabila hanya karena kurangnya sebuah kata, keseluruhan sejarah Indonesia harus hangus dilalap si jago merah? Apalagi, seseorang yang tahu betul kalau pembakarnya tidak punya akal sehat, diadili karena gara – gara mengungkap fakta ? Wahai keadilan, matikah kalian dirajam oleh uang ?
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa banyak daripada kita telah mendahului untuk bertemu dengan-Nya ? Tragis, orang hebatlah yang justru harus meregang nyawa lebih awal. Apapun jenis perenggutannya, meski itu dilanda penyakit, ditabrak mati oleh pengemudi kuda besi, ataupun mati setelah berusaha membugarkan jasmani. Mereka telah berpulang dengan tenang, nikmat kematian yang justru tidak bisa dirasakan oleh jiwa ini. Ketakutan akan alam setelah hidup mungkin menjadikan kita yang sekarang ini tak mampu melakukan persiapan secara pasti.
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ? Menafkahkan sedikit waktu untuk berpikir, bahwa seharusnya wakil rakyat tidak boleh memperkaya diri sendiri. Apa lacur, ternyata perintah dari yang tertinggi memang tidak semuanya masuk akal. Fatwa dari wakil rakyatnya untuk mensejahterakan diri tidak berbuah manis di telinga penghuni Indonesia. Boleh jadi, pengadaan – pengadaan kelas berat dapat membuat kesenjangan makin besar antara staff negara dan anggota negaranya sendiri. Tidak bisa dipungkiri, apabila hanya dengan perbaikan struktur rumah tinggal dan mesin – mesin yang diingini pun, sudah berpeluang besar menghabiskan kantong negara sebanyak miliaran rupiah.
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ?
Adakah yang sempat melihat kebelakang dan melihat masa lalu ?
Adakah yang sempat berpikir akan hal itu ?
Adakah yang sempat berpikir akan hal itu, ataukah kalian berusaha menutup malu ?
Adakah yang sempat berpikir akan hal itu, ataukah kalian berusaha menutup malu ? 
Menutup semua busuk, menghilangkan semua bau amis yang kalian keluarkan sendiri ?
Ataukah kalian akan berusaha untuk memperbaikinya di masa yang akan datang, nanti ?

Waktu memang tak dapat dirubah. Kesulitan mungkin dapat saja bertambah karena Sang Penguasa memiliki skenario tersusun dengan benar, tanpa cela. Janganlah kalian lantas menyalahkan siapapun yang kira mencela. Janganlah menganggap sebuah introspeksi sebagai sebuah bahan ledekan. Tiada bangsa yang besar dengan sendirinya. Mereka belajar dari kesalahan. Jadikanlah suatu sentilan sebagai ancang – ancang untuk berlari menuju kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar