Minggu, 31 Mei 2009

Belajar dari Pendidikan Pesantren


By ; Syamsul Arifin

Pesantren dikenal sebagai lembaga yang mandiri. Pesantren dalam proses perkembangannya berfungsi sebagai pusat perubahan masyarakat lewat kegiatan dakwah Islam. Secara pedagogis, pesantren terdapat proses belajar mengajar ilmu agama Islam. Dalam proses belajar mengajar di Pesantren diajarkan bahwa Islam adalah agama yang mengatur bukan saja amalan-amalan peribadatan, apalagi hanya sekedar hubungan dengan Tuhan saja, melainkan perilaku hubungan dengan sesame manusia. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pesantren. Sebagian besar pesantren dewasa ini berubah menjadi lembaga pendidikan persekolahan dan ketrampilan. 
K.A. Steenbrink, (1978), perubahan paradigma pesantren terdiri dari;
(1) perkembangan kurikulum
(2) perkembangan penggunaan metode pembelajaran dan
(3) perkembangan kelembagaan.
Dengan masuknya kurikulum ketrampilan dalam pesantren adalah sebagai upaya meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan para santrinya.
Pesantren memiliki beberapa pilar penting, diantaranya;
(a) Pondok dan masjid sebagai wadah pembentuk jati diri
(b) Pondok sebagai ajang pelatihan dan praktek
(c) Masjid sebagai tempat pembinaan para santri dan sekolah sebagai wadah pembelajaran. Ketiga pilar itu digerakkan oleh seorang Kyai yang merupakan pribadi yang ikhlas dan menjadi teladan santrinya.
Pendidikan merupakan syarat utama lahirnya generasi baru yang unggul dan kompetitif di era global saat ini. Namun negara kita tercinta belum memiliki sistem pendidikan yang memungkinkan untuk menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan yang penting untuk mencetak sumber daya manusia yang sesuai dengan tantangan jamannya. Kekhawatiran seperti, sedikit banyaknya terjawab oleh sistem pendidikan pesantren yang menempatkan pendidikan bahasa Arab dan Inggris sebagai instrumen pendidikan dan dijadikan sebagai alat dalam kajian ilmu.
Pesantren memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi Indonesia kontemporer. Alumni pesantren memberikan peran di berbagai bidang. Dengan menyebut beberapa nama, ada KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Hasyim Muzadi, Hidayat Nurwahid, Hamzah Haz, Pak Ud, Emha Ainun Najib, Nurchlish Madjid, dan banyak lagi.
Satu catatan penting dari pesantren bahwa proses pendidikan pesantren memberikan kemandirian bagi peserta didik. Ini yang belum bisa maksimal diperankan oleh pendidikan nasional kita. Sehingga keunggulan yang telah dimiliki pesantren sebaiknya dipadukan dengan sistem pendidikan umum yang juga memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem pendidikan di pesantren. Harapan yang diinginkan adalah, dalam jumlah yang signifikan diperlukan kualitas pendidikan untuk mendorong daya saing bangsa di tengah-tengah pergaulan bangsa.
wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar