Minggu, 22 September 2013

KETIKA ASA TAK LAGI BERPIHAK II


Rentang masa tiga bulan dari catatan pertama, sekilas kisah tentang seorang perempuan bernama Rhensi yang sudah menjalani kehidupan barunya sebagai seorang istri dari laki-laki yang mencintainya, terlihat sudah nampak kebahagian di antara mereka sekalipun sesekali terjadi 'gesekan-gesekan' yang menjadi petanda dari awal penyatuan perbedaan di antara keduanya dalam membangun mahligai rumah tangga. Mereka pun berhasil mengatasinya dengan kepala dingin, senyum bahagia pun sudah mulai mengembang pada bibir merahnya, yang bertanda ia sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan status barunya.

Setelah keduanya memulai hidup bersama, sesegera mungkin mereka berusaha untuk mandiri dengan cara berpindah dari rumah yang sebelumnya Rhensi tempati ke rumah baru hasil kerja keras suaminya, dan merekapun meninggalkan rumah kedua orang tua Rhensi untuk membangun mahligai baru sebagai sepasang suami istri yang bahagia.
Menjalani proses dalam suatu rumah tangga pastinya tidak pernah lepas dari persoalan-persoalan kecil yang menimbulkan percikan-percikan dan berakibat pada sebuah masalah sudah mulai tampak dan dialami kedua pasangan baru itu. Laksana pepatah, hidup berkeluarga seperti halnya peralatan makan antara piring dan sendok atau garpu. Sebaik apapun beusaha untuk tidak menimpulkan bunyi ketika kita makan dengan peralatan itu, pastinya sesekali bunyi benturan piring dan sendok pun tidak bisa dihindari. Namun, meminimalisir bunyi tersebut merupakan solusi tepat untuk mengatasi segala bentuk persoalan yang seringkali terjadi dalam kehidupan keluarga, yang notabene penyatuan dua keinginan dan kebutuhan yang berbeda.
Istilah hidup pastinya tidak akan pernah lepas dari hukum kausalitas, hukum sebab akibat yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup yang sudah ditakdirkan. Namun, kesemuanya akan menjadi lebih baik dan penuh hikmah bila kita bisa mengunyah segala macam bentuk dengan pola pikir yang progresif dan tidak terlalu mengedepankan ego masing-masing pasangan.
Hal itulah yang sempat dialami Rhensi dalam waktu tiga bulan pernikahannya. Terkesan terjadi CLBK (cinta lama bersemi kembali) yang dialami suaminya terhadap mantannya, dalam perspektif Rhensi, hal itu merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolelir dan sudah diprediksi jauh-jauh hari sebelumnya ketika dirinya hendak dinikahi suaminya. Sebab hal itu merupakan kendala utama yang sudah diketahui Rhensi. Dan saat itu pun kembali terjadi, hingga membuat Rhensi kembali meninggalkan suaminya ke rumah orang tua yang membesarkannya.
Selang beberapa hari kemudian, keadaan sudah mulai kembali seperti semula, segala macam persoalan sudah bisa di atasi Rhensi bersama suaminya dengan kepala dingin, sehingga ia pun kembali kedekapan suami tercinta dengan dengan kepala tegak. Hal itu merupakan bentuk keuletan seorang Rhensi untuk kembali mempercayai suaminya dan pada akhirnya ia pun mendapatkan kepercayaan untuk menjalin sebuah hubungan demi masa depan yang lebih baik.
Satu prinsip dari seorang Rhensi yang patut diacungi jempol, sekalipun ia sudah mengetahui prilaku suaminya sejak sebelum dirinya dipersunting dan beralih status sebagai istri. Dirinya pantang menyerah dari segala macam bentuk persoalan, serta berani mempertaruhkan kebahagiaan dirinya bersama seseorang yang 'tidak' terlalu ia cintai sebelumnya. Ibarat kata 'nasi sudah jadi bubur'. Ia senantiasa menjalani hidup barunya dengan prinsip menatap kedepan dan melupakan segala macam persoalan yang dilaluinya, sekalipun terkesan 'hidup yang dipaksakan'.
Prinsip yang demikian itu akan menjadi motivasi dan kekuatan tersendiri bagi Rhensi dalam menatap dan menjalani kehidupan yang lebih baik bersama suami yang dengan tulus mencintai dan berharap lebih dari seorang perempuan berparas ayu itu. Sehingga dirinya pun mengarungi mahligai dengan penuh nikmat dan syukur, serta dengan senyum manis sudah mulai berkembang di bibir seksi miliknya.

Semoga kebahagiaan selalu mengiringi langkah mereka berdua.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

1 komentar: