Selasa, 11 Juni 2013

KETIKA ASA TAK LAGI BERPIHAK

"Sekuat apapun kita berusaha, 
senekat apapun kita beraksi. 
Akan tetapi, Tuhan lah yang mengatur semuanya".

Mungkin prakata itu bisa menggambarkan dari sosok seorang lelaki, sebut saja Arif, yang senantiasa berusaha untuk mengungkapkan kata kejujuran yang sudah lama tersembunyi dibalik ketakutannya untuk mengungkap kata. Entah karena ia takut, tidak percaya diri, atau yang lainnya. Sehingga ia pun terpuruk dalam penyesalan atas kegagalan yang "terlambat" diungkapkan.
Hal itu terlihat jelas ketika ia memiliki "rasa" terpendam pada seorang perempuan, sebut saja Rhensi, yang notabene sudah memiliki ikatan dengan pria lain, sekalipun masih dalam status penjajakan, pedekate, atau apalah yang menjurus pada keingin tahuan untuk mengetahui sifat diantara keduanya.
Arif dan Rhensi, mengawali komunikasi mereka lantaran kenal via dunia maya (dumay), dan sekalipun diantara mereka tidak saling tahu antara satu dengan yang lainnya. Hanya sebatas setatus dan kabar dari teman yang lain yang dijadikan sebagai dasar keyakinan untuk saling share (bagi pengalaman) dan yang lainnya tentang kebiasaan dan kehidupan mereka.
Tanpa mereka sadari, dari seringnya komunikasi dan tukar pengalaman. Diantara keduanya muncul ketertarikan untuk ungkapkan kata yang memang seharusnya mereka katakan. Akan tetapi, "kata" itu tidak kunjung keluar dari mereka, dan hanya sebatas ingin mengetahui dan menjajaki keseriusan diantara mereka.
Sekian lama memendam rasa kagum dan ketertarikan tanpa ungkapan yang jelas, dan hanya tertuang dalam status dan tulisan tidak cukup menjadikan mereka untuk saling ungkap sekalipun diantara keduanya sudah terpemdam suatu "rasa" yang dimungkinkan untuk menjadi bom waktu ketika saatnya tiba.
Hal itu tidak menjadikan mereka sadar akan sesuatu yang akan terjadi dikemudian hari, apakah hal itu nantinya akan menjadi sesuatu yang membahagiakan, atau sebaliknya. Namun, dengan ikhlas mereka sama-sama menjalaninya dengan hati lapang dan ikhlas. Diantara keduanya pun menikmati akan status masing-masing, dan masih saja menyimpan "bara api" dalam genggaman kepercayaan.
Entah kabar itu benar atau tidak. Seketika muncul suatu pertanyaan dari Rhensi terhadap Arif tengtang statusnya yang sudah menjadi bagian dari orang lain. Arif pun mengakui akan hal itu. Sedangkan Rhensi seketika bimbang dan merasa dirinya terhianati, sakit yang ia rasa akibat menyimpan bara terlalu lama, panas di otak pun mulai menjalar hingga akhirnya, ia pun menjaga jarak dan membatasi komunikasi dengan Arif.
Saling tunggu kabar diantara keduanya mulai memasuki tahap-tahap membosankan, semula rasa percaya dan yakinpun seketika sirna. Namun, Arif kembali memulai lagi dengan memberi asa kembali merangkul, dan rasa itupun kembali tumbuh sekalipun dengan rasa waswas yang senantiasa meliputi Rhensi. Motivasi dan rasa kepercayaan yang diberikan Arif seakan-akan tak berarti pasca kabar dari seberang yang masih belum tentu kebenarannya.
Jelang beberapa bulan kemudian. Kabar sebaliknya muncul dari seorang Rhensi, yang dalam waktu dekat akan melangsungkan pernikahan dengan seorang pria yang sebelumnya ia tolak. Akan tetapi pria itu tulus mencintai dan menerima kekuarangan dan kelebihan dari Rhensi. Rhensi pun menerima akan pinangan dari pria yang memang sudah tidak asing dengan dirinya dan juga keluarga besarnya.
Tanpa menghiraukan bekas tersisa. Rhensi pun menyatakan sanggup dan siap melangkah kedepan demi harmonisasi keluarga dan orang tersayang di sekitarnya. Namun, tanpa ia sadari, ia meninggalkan bekas luka di belakang dan terus melangkah maju tanpa kembali hiraukan yang sebelumnya.
Hingga akhirnya, Rhensi hanya berucap "maukah kita tidak memutuskan silaturrahmi, dan tetap menjadi kakakku". Hal itu yang memberikan suatu keyakinan dari seorang Arif, bahwa hingga saat ini Rhensi masih menyayangi Arif, sekalipun tanpa harus bisa memilikinya.

*bersambung di cerita selanjutnya

Jember, 09 Juni 2013

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar